Menkeu Khawatir Printer 3D Dipakai untuk Membuat Bahan Peledak

 
Menkeu Khawatir Printer 3D Dipakai untuk Membuat Bahan Peledak
Sumber Gambar: Dok. SINDOnews

LADUNI.ID, Jakarta - Perkembangan pesat teknologi belakangan ini telah merambah ke dunia percetakan dengan menghadirkan produk percetakan 3 dimensi (printer 3D). Bukan hanya harga yang kian terjangkau, printer 3D juga makin populer dan digandrungi masyarakat luas.

Namun demikian, printer 3D bukan tanpa celah. Menteri Keuangan (Menkeu RI), Sri Mulyani Indrawati merasa khawatir terhadap penggunaan printer 3D yang kian populer di tengah-tengah masyarakat. Sebab, ia waswas bila printer 3D tersebut dipakai untuk membuat bahan peledak yang digunakan untuk kejahatan.

"Teknologi cetak 3D yang akhir-akhir ini semakin populer dan terjangkau oleh masyarakat juga memungkinkan penggunaan yang berpotensi membahayakan keselamatan masyarakat," ujar Sri Mulyani dalam acara International Conference on Digital Transformation in Customs, seperti dikutip Laduni.ID dari Detikcom, Selasa (16/3/2021) kemarin.

Menurut mantan direktur pelaksana World Bank itu, printer 3D memiliki potensi untuk digunakan sebagai alat pembuatan senjata berbahaya. Berbekal dengan cetak biru yang kemudian bisa ditransmisikan secara digital.

"Misalnya seperti senjata api, bahan peledak dengan senjata, hanya dengan cetak biru yang ditransmisikan secara digital," imbuh Menkeu RI.

Oleh karena adanya risiko tersebut, Sri Mulyani menilai bahwa dalam perkembangan printer 3D itu, transaksi barang digital perlu selalu dipantau.

"Transaksi barang digital dianggap berisiko. Dan itulah mengapa selain juga disalahgunakan untuk transaksi ilegal dan inilah mengapa pemantauan sangat penting," lanjutnya.

Untuk diketahui, printer 3D adalah sebuah proses pembuatan obyek tiga dimensi dari sebuah model CAD (computer-aided design). Biasanya dengan menambahkan material cetak lapis per lapis (layer by layer).

Printer 3D ini sebenarnya sudah mulai ditemukan sejak tahun 1984. Hal ini merupakan evolusi dari semua jenis proses pencetakan dari tahun 200 Masehi yang berupa pencetakan dengan blok kayu (woodblock printing).(*)

***

Editor: Muhammad Mihrob