Kisah Mbah Yasin Mendirikan Pesantren Al-Qaumaniyah Jekulo Kudus

 
Kisah Mbah Yasin Mendirikan Pesantren Al-Qaumaniyah Jekulo Kudus
Sumber Gambar: Dok. Facebook EL AL

LADUNI.ID, Kudus - Mbah Yasin dilahirkan di Desa Kajen Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati. Ayah Mbah Yasin bernama KH. Amin (ketika belum haji bernama Tasmin) dan ibunya bernama Salamah. Jadi, Mbah Yasin adalah keturunan Mbah Mutamakkin Kajen, Pati.

Silsilah Mbah Yasin secara lengkap adalah dari Sultan Hadiwijaya (Joko tingkir), kemudian mempunyai putra Abdul Halim (Mbah Benowo Kuncen) yaitu, berada di Tuban yang bergelar Sumohadiningrat, kemudian Mbah Benowo punya putra yang bernama Sayed Ali (Sumohadinegoro). Sumohadinegoro ini kemudian punya putra bernama KH. Muhammad Mutamakkin, Kajen.

Mbah Mutamakin kemudian mempunyai putri bernama Alfiyah (Mbah Godek). Mbah Alfiyah punya putra yakni Mbah Sholeh. Mbah Sholeh mempunyai putra yakni Mbah Muhammad Ali Kajen. Sedangkan Mbah Muhammad Ali, mempunyai putra yaitu Mbah Tasmin (KH. Amin). Sementara Mbah Tasmin mempunyai putra yakni Mbah Yasin (Sukandar).

Dari pernikahannya dengan Mbah Munti’ah, Mbah Yasin dikaruniai 4 anak: 2 laki-laki dan 2 perempuan, di antaranya:

  1. Hj. Nafisatun yang menjadi istri Kiai Muhammadun Pondowan
  2. Kiai Mumammad sebagai pengasuh Pondok Pesantren Al-Qaumaniyah
  3. Mbah Nyai Muslimah, dan
  4. KH. Sanusi.

Seluruh kepentingan Mbah Yasin dicurahkan untuk kepentingan agama. Kehidupannya sederhana, sikapnya egaliter, bahkan beliau memilih mengedepankan nilai sufi dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Saat tinggal di Jekulo, Mbah Yasin berguru kepada seorang sufi yang sangat luas pengetahuannya. Guru tersebut bisa dikategorikan waliyullah. Namanya adalah Mbah Sanusi.

Akan tetapi, hubungan beliau dengan gurunya ini harus putus karena pada hari Jum’at Kliwon, tepatnya pada tanggal 17 Syawal, sang guru pulang menghadap Allah SWT. Mbah Yasin pun merasa kehilangan, mengingat Mbah Sanusi adalah orang yang hebat yang dapat memberikan sinar terang kepada Mbah Yasin dalam menyusuri kehidupan sufinya.

Setelah mengajar santri, kira-kira 35 tahunan di Pondok Pesantren Bareng, tepatnya pada hari Rabu Pon tanggal 30 Desember 1953 M, Mbah Yasin wafat.  Setelah kewafatan Mbah Yasin, pesantrennya kemudian diteruskan oleh Kiai Muhammad. Setelah beberapa tahun belum memiliki nama, maka Kiai Muhammad berinisiatif untuk memberi nama.

Tepat tahun 1979, pesantren ini diberi nama “Pesantren Al-Qaumaniyah”. Nama ini dinisbatkan dukuh Kauman yang terdiri dari beberapa dukuh yang ada di Jekulo.

Sementara itu, tempat makam Mbah Yasin berada di belakang Pesantren Al-Qaumaniyah komplek C. Bentuknya seperti ada pendopo berjejeran dengan gurunya yaitu waliyullah Mbah Sanusi. Banyak peziarah yang datang, baik dari sekitar Kudus atau dari luar kota untuk berkunjung ke makam beliau.(*)

***

Sumber tulisan: EL AL
Editor: Muhammad Mihrob