Anugerah Istimewa dari Allah yang Khusus untuk Umat Nabi Muhammad di Bulan Ramadhan

 
Anugerah Istimewa dari Allah yang Khusus untuk Umat Nabi Muhammad di Bulan Ramadhan
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Umat Nabi Muhammad SAW merupakan umat yang dimuliakan Allah SWT, meskipun mereka adalah umat akhir zaman, atau umat yang paling mendekati Hari Kiamat.

Allah SWT mengistimewakan umat Nabi Muhammad SAW dengan anugerah nikmat yang agung dan mulia. Bahkan, ada anugerah istimewa yang dikhususkan untuk umat ini dan tidak untuk umat-umat sebelumnya.

Dalam sebuah Hadis diterangkan, bahwa anugerah istimewa yang khusus untuk umat Nabi Muhammad SAW itu ada lima perkara. Rasulullah SAW bersabda: 

أُعْطِيَتْ أُمَّتِيْ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ نَبِيٌ قَبْلِي: أَمَّا وَاحِدَةٌ، فَإِنَّهُ اِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَيْهِمْ، وَمَنْ نَظَرَ اللهُ إِلَيْهِ لَمْ يُعَذِّبْهُ أَبَدًا. وَأَمَّا الثَّانِيَةُ: فَإِنَّ خُلُوْفَ أَفْوَاهِهِمْ حِيْنَ يَمْسُوْنَ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ. وَأَمَّا الثَّالِثَةُ: فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَسْتَغْفِرُ لَهُمْ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ. وَأَمَّا الرَّابِعَةُ: فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَأْمُرُ جَنَّتَهُ فَيَقُوْلُ لَهَا اِسْتَعِدِّيْ وَتَزَيِّنِي لِعِبَادِيْ أَوْشَكَ أَنْ يَسْتَرِحُوْا مِنْ تَعْبِ الدُّنْيَا إِلَى دَارِيْ وَكَرَامَتِي. وَأَمَّا الخَامِسَةُ: فَإِذَا كاَنَ آخِرُ لَيْلَةٍ غَفَرَ اللهُ لَهُمْ جَمِيْعًا. فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: هِيَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ يَا رَسُوْلَ الله؟ قَالَ: لَا، أَلَمْ تَرَ إِلَى الْعُمَّالِ إِذَا فَرَغُوْا مِنْ أَعْمَالِهِمْ وَفُّوُا أُجُوْرَهُمْ

“Telah diberikan kepada umatku di bulan Ramadhan, lima pemberian yang belum pernah diberikan kepada nabi sebelumku, yaitu: Pertama, pada awal bulan Ramadhan, Allah SWT melihat umatku. Siapa yang dilihat oleh Allah, maka dia tidak akan disiksa untuk selama-lamanya. Kedua, bau mulut orang yang berpuasa, di sisi Allah lebih baik daripada bau minyak misik (kasturi). Ketiga, para malaikat memohon ampunan untuk umatku siang dan malam. Keempat, Allah SWT memerintahkan (penjaga) surga-Nya, Allah berkata kepadanya ‘Bersiap-siaplah dan berhiaslah kamu untuk hamba-hamba-Ku, mereka akan beristirahat dari kesulitan hidup di dunia menuju tempat-Ku dan kemuliaan-Ku’. Kelima, pada akhir malam bulan Ramadhan Allah mengampuni dosa-dosa mereka semuanya. Lalu ada seorang sahabat bertanya: ‘Apakah itu Lailatul Qadar wahai Rasulullah?’ Nabi menjawab: ‘Tidak, tidakkah kamu mengetahui bahwa para pekerja, apabila mereka selesai dari pekerjaannya, niscaya akan dibayar upahnya.’” (HR. Al-Baihaqi)

Syekh Abil Fadl Al-Ghumari memberikan penjelasan lebih lanjut dalam Kitab Ghayatul Ihsan fi Fadli Syahri Ramadhan terkait Hadis di atas. Beliau menjelaskan, bahwa yang dimaksud pada pemberian pertama adalah bahwa Allah SWT melihat umat Nabi Muhammad SAW dengan pendangan penuh perhatian dan rahmat, sehingga orang yang dilihat oleh Allah SWT dengan pandangan tersebut tidak akan disiksa selamanya disebabkan rahmat Allah SWT kepadanya.

Kemudian yang dimaksud “mulut orang berpuasa lebih baik dari bau minyak misik” adalah bahwa dengan puasa itu, maka oleh Allah akan diberikan pahala, sehingga dengan pahala tersebut bau orang berpuasa akan melebihi harumnya minyak misik. Atau bisa juga diartikan bahwa orang berpuasa akan mendapatkan pahala melebihi orang yang menggunakan minyak misik.

Terkait dua penjelasan bau mulut di atas, maka Imam Syafi’i menghukumi makruh melakukan siwak setelah tergelincirnya matahari (Dzuhur), karena siwak bisa menghilangkan bau mulut orang berpuasa, sementara bau mulut orang puasa lebih baik dari minyak misik.

Sedangkan yang dimaksud “para malaikat memohon ampunan” ialah sebagaimana ganti atas kekeliruan malaikat. Kekeliruan itu disebabkan sanggahan malaikat kepada Allah ketika hendak menciptakan manusia. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman:

قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ

“Mereka (malaikat) berkata, apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” (QS. Al-Baqarah: 30)

Dengan kejadian tersebut, Allah memerintah para malaikat untuk memohon ampunan untuk menutupi kekeliruan tersebut. Namun, yang terpenting adalah bahwa para malaikat memohon ampunan untuk umat Nabi Muhammad merupakan sebuah kenikmatan luar bisa yang tidak Allah berikan pada selain umat Nabi Muhammad.

Lalu yang dimaksud pemberian Allah keempat ialah, bahwa surga itu sudah mempersiapkan dirinya dengan penuh kenyamanan dan kenikmatan selama bulan puasa untuk orang-orang yang berpuasa.

Dan terakhir, anugerah pemberian kelima yang dimaksud “Allah mengampuni dosa umat Islam pada malam akhir Ramadhan” ialah bahwa Allah SWT akan mengampuni dosa umat Nabi Muhammad SAW ketika selesai melakukannya pada akhir bulan Ramadhan, yang kemudian dilanjutkan dengan mengumandangkan takbir kepada Allah SWT, sebagai tanda syukur atas nikmat yang Allah berikan nerupa nikmat bisa melakukan puasa dan ibadah lainnya. Dalam sebuah keterangan juga disebutkan, bahwa pada malam tersebut dikenal dengan istilah malam kebolehan (Lailatul Jaizah), karena keesokan harinya, Allah SWT memberikan kebebasan perihal makanan untuk umat Nabi Muhammad SAW, dan juga memberikan ampunan serta ridho-Nya.

Pada akhir penjelasan dalam Kitab Ghayatul Ihsan fi Fadli Syahri Ramadhan, menurut Syekh Abil Fadl Al-Ghumari pemberian Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad SAW secara khusus tidak hanya lima pemberian di atas, karena masih banyak pemberian Allah selain yang telah disebutkan, yang pada dasarnya juga hanya diberikan kepada umat Nabi Muhammad SAW. Di antaranya adalah berikut ini:

Pertama, menyelamatkan manusia dari neraka setiap buka puasa. Pemberian ini sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam Hadis berikut ini:

لِلّٰهِ عِنْدَ كُلِّ فِطْرٍ عِتْقَاءُ

“Bagi Allah dalam setiap buka puasa terdapat penyelamatan (dari api neraka).” (HR. Al-Baihaqi)

Hanya saja, ada syarat yang harus dipenuhi bagi orang puasa agar bisa mendapatkan jaminan kebebasan dari api neraka ketika buka puasa, yaitu tidak boleh buka puasa dengan sesuatu yang haram. Demikian itu karena orang yang buka puasa dengan makanan haram tidak akan mendapatkan jaminan selamat dari neraka.

Kedua, dibukanya pintu-pintu surga dan ditutupnya pintu-pintu neraka, serta dibelenggunya setan.

Ketiga, diterimanya doa. Pemberian ini sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam Hadis berikut:

اِنَّ لِلصَّائِمِ عِنْدَ فِطْرِهِ دَعْوَةٌ مَا تُرَدُّ

“Sesungguhnya orang berpuasa memiliki doa yang tidak ditolak ketika buka puasa.” (HR. Al-Baihaqi)

Wallahu A'lam bis Showab. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 27 April 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Sunnatullah (Santri Pondok Pesantren Al-Hikmah, Bangkalan)

Editor: Hakim