Rumus Manajemen Keuangan Agar Ibadah Semakin Tenang

 
Rumus Manajemen Keuangan Agar Ibadah Semakin Tenang
Sumber Gambar: Facebook Gwen

Laduni.ID, Jakarta - Ini foto celengan plastik milik saya. Tulisan soal celengan ini sudah pernah saya posting tahun 2015, silam, dan foto satunya saya posting tahun lalu disertai tips menabung untuk kebutuhan beli hewan qurban.

Saya bukan orang kaya dengan gaya hidup high class. Hanya belajar dari pengalaman bapak saya dan orang lain dalam manajemen keuangan. Hasilnya efektif. Kebutuhan bulanan tercukupi, aset bertambah, dan cadangan kebutuhan tersier juga disiapkan. Saya percaya, salah satu kecerdasan yang harus dimiliki kepala keluarga adalah kecerdasan dalam memenej keuangan.

Sebelum menikah saya termasuk boros. Dan, setelah berumahtangga, saya sadar harus menjadi manajer keuangan yang baik bagi anggota klan Rijalyev Moumazzekovich Zyelov yang baru saja dimulai sejak 2009 silam.

Oke, langsung saja. Soal keuangan, saya termasuk konservatif alias suami cari duit, mengontrol ekonomi, dan istri mengajukan corat-coret anggaran. Jika deal, saya beri istri fulus dengan target penyerapan anggaran serasional mungkin. Sisanya, suami menjaga agar masa depan ekonomi keluarga tetap terjamin. Termasuk soal cadangan devisa. Nah, ini yang penting bagi saya sebagai pemimpin Bani Rijalyev Moumazzeikovich Zyelov.

Sejak beberapa tahun silam, cadangan devisa keluarga setiap tahun sudah saya siapkan satu tahun sebelumnya. Maksudnya gimana om? Begini Rahul, misalnya dana buat ngontrak rumah di Surabaya, maka saya persiapkan biayanya sejak setahun sebelumnya. Demikian pula dengan dana buat Idul Fitri, Idul Adha, sekolah anak, maupun zakat. Caranya simpel: saya beli beberapa celengan, meski bentuknya nggak persis celeng. Di situ, saya maksa diri saya nabung setiap hari. Yang sudah beberapa kali berhasil adalah saya memaksa diri saya nabung Rp 20.000 per hari di dalam satu celengan. Kalau pas uangnya mepet pada hari itu ya wajib diqodlo alias diganti pada hari lain. Hitungan normalnya, dalam satu bulan sudah terkumpul Rp 600.000 per celengan. Dana ini bisa diunduh setiap enam bulan sekali. Normalnya Rp 3.600.000 per kantong. Kalau abnormal, misalnya kadang nabung kadang luput ya jumlahnya nggak maksimal. Jumlah Rp 20.000 bisa disesuaikan dengan kantong kita, kok. Bisa Rp 5000, 10.000 hingga 50.000/hari atau bahkan lebih. Dari sedikit pengalaman saya, kas cadangan ini bisa juga dipergunakan untuk kebutuhan mendadak yang mendesak.

Soal kebutuhan Idul Fitri juga disiapkan jauh-jauh hari. Formatnya tetap pakai celengan begini. Rutin nyemplungin fulus. Disiapkan enam bulan atau satu tahun sebelum lebaran. Jadi menjelang pertengahan Ramadan baru dibuka. Hasilnya lumayan, bukan saja cukup untuk kebutuhan beli baju baru sekeluarga, tetapi juga kebutuhan bagi-bagi angpau juga transportasi mudik ke Jember dan Ponorogo.

Kebutuhan beli hewan qurban juga nggak jauh beda. Di foto ini, ada dua celengan bertuliskan "qurban". Satu saya letakkan di Surabaya, kediaman saya. Satu lagi di Jember, di rumah ibu saya. Maklum, saya sering mondar-mandir di dua kota ini.

Dua celengan ini saya bikin sejak September 2019. Sejak awal saya niatkan buat beli hewan qurban 2020. Caranya, diisi dengan uang receh: Rp 100 sampai Rp 1000. Ada uang di dompet, sisihkan. Juga prioritaskan uang Rp 50.000 dan Rp 100.000. Ada rezeki, masukkan. Nggak banyak, memang. Jika satu bulan ngisi 100.000 ke satu celengan, maka setahun sudah terkumpul Rp 1.200.000. Jika dua, sudah terkumpul Rp 2.400.000. Cukup buat beli satu domba atau seekor kambing Jawa.

Akhir Juli 2020, setelah setahun lebih, 2 tabungan saya buka. Total duit merah dan biru terkumpul 3.600.000. Nominal yang lumayan buat beli hewan qurban terbaik. Yang receh, bagaimana? Nggak saya hitung karena saya masukkan celengan plastik lagi buat persiapan qurban tahun 2021. Tahun ini saya bertekad beli sapi qurban. Estimasi 17-20 juta. Tabungan saya siapkan pakai celengan plastik jumbo sejak Agustus 2020. Setelah saya pakai beli bensin secukupnya, bisyaroh ngisi pengajian, khutbah dan seminar atau acara-acara lain saya masukkan ke situ. Jumlahnya variatif. Yang penting, ngisi celengan. Cara ini memang tampak ndeso, tapi percayalah hasilnya efektif.

Ibu saya pernah bilang. Kalau sudah niat ibadah, saya harus total. Tenaga dan biayanya. Kalau sudah memulai tabungan haji, umroh, atau qurban ya uangnya jangan diotak-atik. Jangan dibuka tabungannya. Biarkan. Harus istiqomah dan disiplin menjaga diri agar tidak merasa kepepet lalu "terpaksa" memakai fulus yang mau dipake ibadah. Ini latihan disiplin mengumpulkan receh, lembar demi lembar, untuk kebaikan. Ini juga berkaitan dengan manajemen keuangan. Jangan sampai di-brol-kan buat kebutuhan konsumtif, harus ada skala prioritas kecil-kecilan.

Apa itu? Saya punya beberapa cicilan. Baik ke rekanan bisnis buku maupun ke bank syariah, dst. Saya nggak malu jadi manusia kredit. Wong kemampuannya masih segitu. Yang penting, saya kredit buat kebutuhan penambahan aset (motor, mobil, rumah, tanah, dan sawah) dan kebutuhan bisnis, bukan kebutuhan konsumtif.

Jangan lupa, kebutuhan liburan keluarga: beli bensin, nginep di hotel, hingga masuk ke tempat wisata semua saya siapkan pakai tabungan ndeso begini. Kebutuhan kesehatan bagaimana? Selain ikut asuransi kesehatan melalui sahabat saya, Ahsanul Fuad, saya sekeluarga ikut BPJS yang sudah ditanggung oleh INAIFAS bagi semua dosen tetap yayasan. Mengapa saya ikut BPJS? Karena trauma. Ketika istri dan anak saya sakit beberapa tahun silam, saya habis puluhan juta buat biaya di RS. Setelah ikut BPJS saya lebih tenang. Itu saja.

Oke, intinya apa sih Inspektur Vijay? Bagi saya simpel, tugas suami itu mencari duit dan mendistribusikan “kebahagiaan” bagi anggota keluarganya. Sesederhana itu.

Wallahu A'lam Bishshawab

 

Oleh: Rijal Mumazziq Z