Khutbah Jumat: Tasawuf, Jalan untuk Mengendalikan Hawa Nafsu

 
Khutbah Jumat: Tasawuf, Jalan untuk Mengendalikan Hawa Nafsu
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID

KHUTBAH PERTAMA


  للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذِي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، ذُواْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِه وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,

Marilah di hari ini kita mempertebal ketaqwaan kita kepada Allah dengan menghindarkan diri dari kecurangan, kebohongan dan berbagai sifat tercela lainnya. Dan memulai hari-hari dengan amalan-amalan saleh yang nyata sebagai pembuktian kebenaran Iman. Sebab, segala perbuatan dan amal manusia, baik maupun buruk merupakan pencerminan imannya kepada Allah SWT.

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,

Di zaman modern, problem yang kompleks sangat terasa.Hal ini terlihat dari kesulitan hidup yang mendera masyarakat modern. Mulai dari keadaan ekonomi yang tidak menentu, kesenjangan sosial, sampai kondisi politik yang memanas. Implikasinya, ketidak stabilan emosi dan egoisme mempengaruhi kehidupan manusia. Keadaan ini akan membawa dampak negatif bagi perkembangan suatu bangsa.

Negativitas yang terjadi di masyarakat adalah kurangnya pencerahan pemikiran dan juga bimbingan  hati.Ya, manusia mereka memiliki akal yang pintar akan tetapi terkadang kualitas mereka buruk dalam tindakan dan perbuatan. Saya (Abu Muhammad Rahim al-Din) tidak ragu untuk mengatakan mereka itu sakit, dan membutuhkan obat yang membuat mereka jauh dari caci maki dan keburukan.

Tasawuf merupakan salah satu ajaran dalam Islam yang mengendalikan hawa nafsu duniawiyah pada manusia. Sebagai contoh dapat dikemukakan ketika Khalifah al-Makmun pada bani Abbasiyah nikah dengan anak Menteri Hasan, Bouran, maharnya saja terdiri dari seribu butir       permata yaqut. Lilin-lilindinyalakanpadatempat-tempatnya yang terbuat dari mas, tikar permadani yang ditenun dengan benang mas, dan dihiasi permata mutiara da nyaqut yang dikembangkan.

Cara bermewah-mewahan tersebut telah mengalir pada masyarakat kala itu,. Sehingga hal tersebut menjadi kebiasaan dan adat untuk ditiru. Maka timbullah reaksi dari sekelompok umat Islam yang saleh yang tidak mau menuruti hawa nafsu. Mereka itu kembali bertekun dalam mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah; memperbanyak shalat sunnah, dzikir, tasbih dan doa. Pakaian mereka sederhana, dan makanan mereka seadanya. Mereka itulah orang-orang yang dinamai kaum tasawuf (Sufi).

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,

Tasawuf berasal dari derivasi kata (ta-sha-wa-fa) yang berarti dia zuhud atau dia beribadah. Berarti tasawuf secara etimologi bisa diartikan seseorang yang meninggalkan dunia dan melakukan ibadah secara istiqamah. Ada yang mengatakan tasawuf berasal dari kata shufi tempati (bulu domba), shaff (barisan), shafa (jernih), dans huffah (Serambi Masjid Nabawi yang ditempati oleh sebagian sahabat Rasulullah SAW.

Sedangkan tasawuf menurut Imam Qusyairi (465H) terambil dari kata As-Shafa yang berarti suci. Suci itu yang terpuji pada setiap ucapan. Antonimd ari as-shafa yaitu al-kaduurah yang berarti tercela. Melalui perspektif Imam Qusyairi bahwa seseorang yang bertasawuf yaitu selalu bertutur lembut dant idak pernah menyakiti orang lain.

Ibnu Khaldun (w. 808 H) memberikan definisi tasawuf, bahwa tasawuf merupakan jalan kebenaran dan bimbingan. Asal pokok dari ajaran tasawuf itu tekun beribadah, berhubungan langsung dengan Tuhan, menjauhkan diri dari kemewahan dan kemegahan dunia, tidak suka pada harta dan tahta yang diburu orang banyak, dan bersembunyi dalam beribadah kepada Allah.

Pernyataan Ibnu Khaldun mengandung inti bahwa tasawuf merupakan jalan mencari ridho Allah. Adapun cara menggapai ridho-nya yaitu melalui pendekatan diri kepada-Nya dalam bentuk ibadah dan meninggalkan kemewahan dunia. Sehingga orang yang bertasawuf jauh akan dari sifat ujub dan riya  didalam kehidupan sehari-hari.

Imam Qusyairi (465H) menyatakan bahwa tasawuf Islami berlandaskan pada pokok-pokok keislaman yang keilmuannya kokoh. Oleh karena itu, golongan sufi mematuhi dengan mengikuti syariah berupa al-quran dan hadis dan mereka menganggap syariah sangat penting diinternalisasi kedalam diri mereka.

Pernyataan di atas secara eksplisit makna tasawuf sesuai dengan firman Allah SWT:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَرَسُولَهُ وَلاَ تَوَلَّوْا عَنْهُ وَأَنتُمْ تَسْمَعُونَ -٢٠-

Artinya"Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari pada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya) (QS: Al-Anfal:20)

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,

Jika ada seseorang yang menganggap tasawuf itu sesat maka hal itu sangatlah tidak benar. Karena tasawuf adalah jalan untuk kembali keajaran Allah dan Rasul. Karena seorang yang bertasawuf mengikuti jejak Rasulullah secara komprehensif. Sebagaimana Imam Ghazali menyatakan bahwa al-tasawuf yaitu memakan halal dan mengikuti Rasulullah pada akhlaknya, perbuatan-perbuatannya, dan perintah-perintahnya dan sunnah-sunnahnya. Sebagaimana Firman Allah:

مَّنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللّهَ وَمَن تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظاً -٨٠-

Artinya"Barang siapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.(QS Al-Nisa:80)

Di dalam kitab “Al-Risalah Al-Qusyairiyah” dikisahkan bahwa aku (Imam Qusyairi)  mendengar dari seorang sufi yang bernama Ahmad bin Yahya, beliau berkata: aku pernah  :mendengar dari Abdullah bin Ali al-Tamimi, beliau berkata bahwa Abu Muhammad al-Jurairi pernah ditanya tentang tasawuf. Maka beliau menjawab: tasawuf itu masuk kepada ahlak yang mulia dan keluar dari akhlak tercela

Melalui pernyataan Imam Ghazali, dan Abu Muhammad al-Jurairi, dan Surat Al-Nisa ayat delapan puluh bisa kita simpulkan bahwa tasawuf yaitu mengikuti tata cara dan akhlak Rasulullah SAW. Karena beliau merupakan teladan dan panutan di dalam kehidupan manusia. Sebagaimana statment Sayyidah Aisyah yang berkata bahwa, akhlak Rasulullah itu Al-Quran”

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,

Untuk menempuh jalan tasawuf harus melewati pijakan spiritualitas yang disebut maqam. Adapun kata maqam disebutkan 18 kali di dalam alquran.Satu diantaranya:

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي مَقَامٍ أَمِينٍ -٥١-

Artinya "Sesungguhnya orang-orang yang bertakwaberadadalamtempat yang aman" (QS: Al-Dukhon:51)

Sementara itu secara terminologi, maqam mengandung pengertian kedudukan, posisi, tingkatan, atau kedudukan tahapan hamba dalam mendekatkan diri kepada Allah. Jadi, maqam, sering dipahami oleh para sufi sebagai tingkatan, yaitu tingkatan seorang hamba di hadapan-Nya, dalam hal ibadah dan latihan-latihan (riyadhah) jiwa yang harus dilakukannya.

Menurut Abdurrazaq Al-Qasami, maqam ialah pemenuhan terhadap kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan. Jika seseorang belum memenuhi kewajiban-kewajiban yang terdapat dalam suatu maqam, ia tidak boleh naik kejenjang yang lebih tinggi.

Menurut Imam al-Qusyairi, yang dimaksud dengan maqam adalah tahapan (etika) seorag hamba dalam wushul kepada-Nya dengan bermacam-macam upaya yang diwujudkan dengan suatu tujuan pencapaian dan ukuran tugas. Masing-masing berbeda dalam tahapannya sendiri ketika dalam kondisi tersebut, serta tingkah laku riyadhah menuju kepada-Nya.

Imam Ghazali mengatakan bahwa maqam ialah seorang hamba yang dengannya menjalankan bermacam-macam upaya-upaya dan bentuk-bentuk mujahadah di segala aktivitasnya, maka kapan seorang hamba berhasil dengan kondisi mujahadahnya secara sempurna dan holistik? Maka ia yang bisa berpindah dari satu maqam ke maqam lainnya.

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,

Melalui definisi-definisi para sufi di atas maka maqam adalah jalan spiritualitas seseorang untuk diakui sebagaihamba-Nya dengan cara melakukan upaya-upaya dan usaha-usaha berupa mujahadah (kesungguhan) dengan ibadah dan riyadhah. Adapun di kalangan kaum sufi, urutan maqam berbeda-beda. Abu As-Syaraj mengklasifikasikan maqam menjadi tujuh maqam, taubat, wara’, zuhud, faqir, sabar- tawakal, dan ridha.

Imam Qusyairi di dalambukunya al-Risalah al-Qusyairiyah memberikan urutan maqam sebagai berikut: taubat, mujahadah, khalwat, uzlah, takwa, wara’, zuhud, khauf, raja’, qana’ah, tawakal, syukur, sabar, muraqabah, ridha, ikhlas, dzikir, fakir, mahabbah, dansyauq.

Imam Ghazali memberikan urutan maqam sepertiberikut: taubat, sabar, fakir, syukur, khauf, tawakal, danridha, ikhlas, muhasabah, danmuraqabah. Sementaraitu Imam al-Suhrawardimerumuskan maqam sebagaiberikut: taubat, wara’, suhud, sabar, fakir, syukur, khauf, tawakal, danridha.

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,

Demikianlah khutbah singkat ini, semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang senantiasa mengharap rahmat Allah SWT untuk mencapai kebahagian didunia dan akhirat. Amin...

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ

فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

DO’A KHUTBAH

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

 

Sumber:
Abu Muhammad Rahim al-Din, Al-Tasawuf al-adziNuriduhu, (Cairo: MaktabahUmu al-Quro:2009), h. 13
Sirrajudin, Abbas, 40 Masalah Agama Jilid II, (Jakarta: Pustaka Tarbiyah:1985), h.37
Yusuf Muhammad al-Baqai’i.Qaamus al-Thulaab, (Marocco:Darul Ma’rifah:2006), h.141
As’ad As-Samahrani, Al-TashawwufMasya’uhwaMushthalahatuh, (Beirut: Dar Al-Nafa’is:1987), hlm 15
Abu al-Qasim Al-Qusyairy, Ar-Risalah Al-Qusyairiyah, (Indonesia:Dar-Al-Kutub Islamiyah:2011). H.330
Abdurrahman bin Khaldun, MukadimmahIbnuKhaldun ( Lebanon: Dar al-Fikr:1992), h. 467
Imam Hanafi, al-Aara al-Kalamiyahwa Al-Sufiyyah ( Cairo: Maktabah Al-Tsaqafah al-Diniyyah:2009), h435
Abu Hamid al-Ghazali.Mi’raj al-Salikin, (Lebanon: Dar Al-Khotob Al-Ilmiyah:1971), h. 16
TotokJumantorodanSyamseulMunir Amin, KamusIlmuTasawuf, (Jakarta:Amzah,2005), h.137
Abu Qasim al-Qusyairi, Al-Risalah Al-Qusyairiyah, (Jakata: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2011), h.95
Abu Muhammad Rahim al-Din, Al-Thasawuf Al-Amali, (Cairo: MaktabahUmumuk a-Quro, 2005), h.99