Benarkah Surga Hanya Untuk Satu Golongan?

 
Benarkah Surga Hanya Untuk Satu Golongan?
Sumber Gambar: Kyai Taufik Damas (foto: twitter )

Laduni.ID, Jakarta- Benarkah dari sekian banyak golongan dalam Islam, yang masuk surga cuma satu golongan, yang lain masuk neraka? Begitulah pertanyaan yang masuk melalui DM (direct massage) kepada Kyai Taufik Damas. 

Melalui utasannya, Kyai Taufik Damas menjelaskan, memang ada hadist yang menyatakan bahwa umat Islam akan terpecah menjadi banyak golongan dan semuanya masuk neraka terkecuali satu golongan. 

"Bahwa umat Islam terpecah menjadi 73 golongan. Semua masuk neraka, kecuali satu golongan. Ketika ditanya satu golongan yg masuk surga, Nabi Saw. menjawab, mereka yang berada di jalanku dan para sahabatku (ما أَنا علَيهِ وأَصحابي). --HR. Thabrani.--," tulis Kyai Taufik Damas dalam utasan di twitternya @TaufikDamas, Kamis 3 Juni 2021. 

Ia melanjutkan, tidak ada penjelasan yang tegas soal 73 golongan ini. Kriterianya pun tidak pernah ditegaskan. "Saya pribadi memahami jumlah keterpecahan ini sebagai afirmasi bahwa umat Islam memang beragam, baik firqah, mazhab, dan alirannya. Faktanya memang demikian, bahkan sejak masa awal-awal Islam. Hadits seperti ini tidak hanya satu. Ada beberapa hadits dengan redaksi yang sedikit berbeda. Ada yang menyatakan bahwa golongan yang selamat adalah “al-Jamaah”," ulas pria Alumnus Universitas Al Azhar Kairo Mesir ini. 

Itu sebabnya, menurut Kyai Taufik, banyak umat Islam menyatakan bahwa golongan yang selamat adalah Ahlussunnah wal Jamaah, dan mereka mengaku sebagai bagian darinya. "Jumlahnya  tidak sedikit. Dengan berbagai perbedaan doktrin keagamaan, mereka mengaku sebagai Ahlussunnah wal Jamaah. Wahabi mengaku sebagai Ahlussunnah wal Jamaah, Ikhwanul Muslimin mengaku seagai Ahlussunnah wal Jamaah, bahkan ISIS pun mengaku sebagai Ahlussunnah wal Jamaah," sambung Kyai Taufik. 

Atas dasar itulah, Kyai Taufik menegaskan, Nahdlatul Ulama (NU) menambahkan ajektif untuk Ahlussunnah wal Jamaah dengan “an-Nahdliyah” sebagai cirri khas ideologi NU yang jelas berbeda dengan ideologi kelompok Islam lainnya.

Di utasan itu, Kyai Taufik mengkritisi hadits tersebut. Pertama, klaim hanya satu golongan yang selamat menimbulkan klaim eksklusif-intoleran. Meski sebenarnya ini hanya pemahaman yang sempit saja terhadap hadits tersebut. "Toh tidak ada kriteria gamblang soal golongan yang selamat. Semua umat Islam mengaku sebagai mengikuti Nabi dan para sahabat, apapun firqah, mazhab dan alirannya," kata Kyai Taufik. 

Kritik kedua, ada hadits lain yang memberikan pemahaman lebih inkusif-toleran, yaitu sabda Nabi, SAW; “Semua umatku masuk surga, kecuali yang enggan." Lalu para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, lantas siapa yang enggan?" Nabi menjawab: "Siapa yang taat kepadaku, masuk surga. Dan siapa yang durhaka padaku berarti ia enggan."  (HR. Bukhari ).

"Hadits ini jelas lebih bermakna inklusif-toleran. Semua umat Islam masuk surga, kecuali yang memang tidak mau masuk surga. Yang masuk surga adalah yang taat pada Nabi dan yang tidak mau masuk surga adalah mereka yang tidak taat pada Nabi," sambung Kyai Taufik. 

Menurutnya, selain soal ibadah mahdhah, dalam kenyataan sejarah sampai kini, bentuk taat pada Nabi yang paling penting adalah taat dalam akhlak. Akhlak Nabi sangat luar biasa, dan tujuan utama beliau diutus adalah untuk melengkapi kesempuranaan akhlak manusia. Ada empat akhlak utama yang wajib ada pada diri para nabi dan rasul, yaitu jujur (shidiq), berintegritas (amanah), terbuka/transparan (tabligh), dan cerdas (fathonah).

Kesimpulannya, semua umat Nabi SAW. akan masuk surga, kecuali mereka yang tidak mau mencontoh akhlak Nabi, apalagi mereka yang akhlaknya bertentangan dengan akhlak Nabi yang mulia itu. "Nabi tidak pernah mengajarkan kebencian, permusuhan, fitnah dan menyebar hoaks. Jika ada yang melakukan sebaliknya, berarti dia tidak taat pada Nabi. Yang tidak taat pada nabi berarti tidak mau masuk surga. Jadi begitu… Wallahu a’lam…," tutup Kyai Taufik mengakhiri utasannya. (Editor: Ali Ramadhan)