Zakat: Bersihkan Harta dan Sucikan Jiwa

 
Zakat: Bersihkan Harta dan Sucikan Jiwa
Sumber Gambar: Facebook Rakimin Al Jawiy

Laduni.ID, Jakarta – Manusia akan ditimpa keresahan dimana saja mereka hidup, kecuali gaul kepada Allah dan gaul dengan sesama. Jika ingin hatinya diliputi ketenangan dan kebahagiaan maka harus ibadah taqarub ilallah dan berjiwa sosial dengan sesama, apakah itu dengan keluarga, tetangga maupun masyarakat lainnya.

Dalam Al-Qur'an perintah shalat selalu diiringi dengan perintah berzakat, artinya keshalihan pribadi melalui sholat harus dilengkapi dengan keshalihan sosial dalam bentuk berzakat. Hal ini terlihat dalam praktek sholat itu sendiri, diawali dengan "Allahu Akbar" yang bersifat vertikal dan diakhiri dengan salam kekanan dan kekiri secara horizontal. Menunjukkan bahwa orang yang taat beribadah harus peka terhadap kondisi sosial dan lingkungan sekitarnya.

Menjadi sempurna jika ibadah magdhah (vertikal) dipadu dengan ibadah ghoiru maghdah (horizontal). Menunaikan zakat memiliki ragam dimensi yang kaya manfaat. Ibadah yang lekat dengan hakikat didalamnya, yakni membersihkan, mensucikan, menumbuhkan dan mengembangkan, yang berbanding lurus dengan keberkahan yang bakal diperoleh.

Berzakat didasarkan rasa syukur yang membuncah atas nikmat rizki yang diberikan Allah. Dengan zakat harta menjadi berkah berkelimpahan, bahkan anehnya malah terus bertambah dan terus bertambah. Kesadaran berzakat memang sulit dijalankan tanpa keyakinan. Apalagi di tengah kehidupan yang hedonis seperti sekarang ini. Yang miskin sibuk memenuhi kebutuhan hidup, sementara yang kaya sibuk memenuhi kebutuhan gaya hidup. Sungguh hanya orang beriman dan sadar beragama saja yang mampu menunaikan zakatnya, baik zakat harta maupun fitrah. Maka beruntunglah orang yang bisa menunaikan zakatnya.

Dari zakat kita membuktikan diri untuk tidak tamak dan baghil alias pelit. Nilai kemanusiaan dan kasih sayang menjadi terpupuk dalam jiwa. Empati kemiskinan yang menyulut derma agar bisa berbagi kepada mustahiknya. Syukur menjadi motivasi untuk saling memelihara nikmat dari Allah SWT. Bahkan seorang psikolog AS melakukan penelitian, bahwa syukur itu akan membuat orang menjadi gembira, tenang, sayang dan menghadirkan kebahagiaan di dalam diri. Maka yakinlah bahwa dengan berzakat akan mensucikan jiwa.

Lebih dari itu zakat akan membersihkan harta dari hak orang lain ataupun perolehan yang subhat bahkan cara-carà yang terlarang. Dengan zakat, harta muzakki lebih berkah, hatta-harta itu akan berkembang biak dalam bentuk rizki yang terus berlimpah.

Tunaikanlah zakat, yakinlah bahwa di sana ada dimensi ilahiah dan insaniah yang menghantarkan kemaslahatan bagi muzakki maupun para mustahiknya.

 

Oleh: Rakimin Al-Jawiy – Dosen Psikologi Islam Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia