Belajar Istiqomah dari Syekh Wahbah Az-Zuhaili

 
Belajar Istiqomah dari Syekh Wahbah Az-Zuhaili
Sumber Gambar: iifa-aifi.org, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID Jakarta - Salah satu yang paling kami ingat dari Syekh Wahbah Az-Zuhaili adalah, bahwa beliau sangat mencintai muridnya dan mempunyai kedisiplinan yang sangat tinggi. Beliau tidak pernah libur mengaji kecuali ketika ada keperluan safar (bepergian). Bahkan suatu hari ketika beliau mau safar ke muktamar di beberapa negara, biasanya hari itu ada jadwal mengaji sore bakda Ashar, pengajian fiqih Syafi'i Muyassar karya beliau, tapi karena beliau harus bepergian hari itu dan bakda Dzuhur harus berangkat, beliau bertanya kepadaku, "Fauzan besok biar kita tetap lanjut ngaji, bisa nggak kamu hadir jam 10.30 pagi, jadi selesainya sebelum Dzuhur dan saya langsung berangkat dan ngaji tetap nggak libur?" 

Tentu saja aku mengiyakan, bagaimana tidak, beliau saja menyempatkan diri dua jam sebelum berangkat keluar negeri tetapi tetap mengusahakan agar tidak meliburkan agenda ngaji.

Tapi yang membuat istimewa bukan hanya itu, yang hadir mengaji tetap sama beliau cuma dua orang, saya dan seorang dokter. Ya, demikianlah mengaji dengan ulama sebesar itu cuma dengan dua orang yang hadir, mungkin faktor perang suriah yang lagi dipuncaknya saat itu. Tapi kalau kata temanku, kita di sini, saat Syekh Wahbah mengadakan pengajian, kita malah tidur dan bermimpi di rumah, padahal orang di luar Suriah bermimpi agar bisa mengaji bersama beliau. Walau yang hadir cuma dua orang saja ditambah menjelang perjalanan safar jauh, ditambah bukan jadwalnya tapi dipercepat dan satu lagi yaitu dalam keadaan perang, itu semua bukan halangan untuk beliau tetap melanjutkan pengajian.

Kalau kita, mungkin jangankan untuk berusaha ketika menjelang safar mau meng-qadha' ngaji, alih-alih ngaji biasa aja, kalau yang sempat hadir pengajian kita cuma dua orang, bisa dipastikan dua pertemuan setelahnya langsung bubar pengajian. Padahal apalah keilmuan kita jika dibandingkan dengan Syekh Wahbah Zuhaili? Siapa yang tidak mengenal beliau itu, ulama besar kaliber internasional, faqihud dunya pada masanya. Tapi beliau mengajarkan kami bahwa dakwah itu bukan untuk orang, bukan berapa banyak yang hadir, tapi seberapa ikhlas kita, dan seberapa istiqomah kita. Siapapun yang hadir, toh tugas kita hanya menyampaikan ilmu. Jadi mengajar sama sekali bukan untuk murid, tapi hanya untuk Allah semata.

Demikianlah salah satu cerita tajalliyyat (tampak) tentang keistiqomahan dan keikhlasan beliau dalam beramal. Sebenarnya ada banyak cerita lain yang aku tahu, baik yang aku lihat sendiri atau yang aku dengar dari orang lain. Mungkin keistiqomahan inilah salah satu asbab (faktor) yang membuat beliau bisa menjadi salah satu ulama paling produktif di zaman mutakhir ini. Ratusan buku telah beliau tulis, di antaranya yang paling populer adalah Mausu'ah Fiqhul Islami sebanyak 14 jilid dan Tafsir Munir sebanyak 16 jilid. Jadi tidak mengherankan, karena begitu banyak buku yang beliau karang itu, sampai pada akhirnya beliau dijuluki sebagai Imam Suyuti abad ini. Rahimahullah Sidna Abu Ubadah Syaikhana Doktor Wahbah Zuhaili. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 20 Juni 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Fauzan Inzhagi

Editor: Hakim