Wejangan Kiai Sepuh Untuk Gerakan Pemuda Ansor Karangtengah Cianjur

 
Wejangan Kiai Sepuh Untuk Gerakan Pemuda Ansor Karangtengah Cianjur
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – Dalam banyak kegiatan di lembaga dan badan otonom Nahdlatul Ulama, wejangan kiai sepuh selalu dinantikan dan masuk dalam acara inti, karena sangat kaya dengan asupan gizi intelektual dan spiritual yang luar biasa.

Dalam agenda kali ini, Pimpinan Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Cianjur, melaksanakan agenda sowan ke kiai sepuh, Selasa (13/07/2021).

"Barokah kami adalah nilai dasar pergerakan, keta'dziman adalah misi dan rahmatan lil alamin adalah visi kami," ujar Ketua Kaderisisasi PAC GP Ansor Karangtengah Khatibul Umam.

Hal yang sama disampaikan oleh Giyas, Ketua PAC GP Ansor Kecamatan Karangtengah, ia menuturkan bahwa sowan kepada kiai dalam rangka ikhtiar menjaga amaliah NU, istiqomah serta tumaninah menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Sesuai intruksi dan arahan dari Ketua Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Cianjur, Ariful Holiq Zaelani, bahwa Ansor harus selalu bersinergi dengan para ulama serta pondok pesantren. Ia menyebut jika dilihat dari sisi peluangnya bahwa kaderisasi di Karangtengah harus digalakkan kembali yang dimulai dari tingkat ranting, memberi solusi bagi masyarakat dan tentu semua itu membutuhkan keberanian serta tanggung jawab yang besar," ucap Giyas.

Dalam kesempatan ini, lanjut Giyas, kami sowan ke Ketua Tanfidziyah Majlis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Karangtengah, KH Toto Kastolani yang juga pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Khoer, Kampung Kulur, Desa Ciherang, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Cianjur.

"Banyak arahan dari beliau, bahwa PAC GP Ansor Karangtengah harus konsisten menumbuhkan loyalitas organisasi dan mempunyai visi misi jauh ke depan agar di Kecamatan Karangtengah para pemuda memprioritaskan akan pentingnya pendidikan, kemandirian ekonomi serta mempunyai semangat Ukhuwah Islamiyah, Wathoniyah dan Insaniyah yang membutuhkan komitmen berorganisasi serta kolaborasi dengan beberapa stakeholder," sambung Giyas.

Selesai agenda tersebut, diselang diskusi, ngopi dan makan liwet yang merupakan bagian dari ciri khas orang pesantren dalam membentangkan tradisi leluhur, rasa empati, gotong royong dan toleransi.


Editor: Daniel Simatupang