Al-Qur'an Menjadi Tolok Ukur bagi Generasi di Sebuah Masa

 
Al-Qur'an Menjadi Tolok Ukur bagi Generasi di Sebuah Masa
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – Pagi hari yang indah nan berkah. Di sebuah rumah yang terbuat dari ukiran kayu jati yang kuat nan kokoh, terdengar suara yang merdu, "Bismillahir rahmanir rohim, Inna a'tainaakal ...." Lantunan ayat suci Al-Qur'an yang amat indah dari seorang anak perempuan mungil yang bernama Latifah, "De, cepetan ke warung! baca Al-Qur'an mah gak bakalan bikin kaya, ayah lagi sibuk sekarang," ucap sang ayah dengan nada marah. Ia pun menuruti kemauan sang ayah walaupun dalam hatinya ia ingin sekali melanjutkan bacannya.

Latifah adalah seorang anak dari ayah dan ibu yang tidak mengerti sebuah agama, akan tetapi ia memiliki teman-teman yang memiliki pengetahuan agama, ia bisa baca Al-Qur'an ketika diajari oleh temannya, namun tatkala ia di rumah ketika ingin membacanya, sang ayah dan ibu selalu membentaknya, melarangnya dan memerintahkan akan sesuatu, agar Latifah mungil tidak bisa membaca Al-Qur'an.

Sebuah keadaan yang miris, bagaikan jutaan pedang menusuk hati sang anak, mungkin ini terjadi di sebagian penduduk, sang anak hanya bisa berdo'a dan bersabar, padahal Rasulullah SAW sebagai contoh dan panutan bagi setiap jiwa seorang muslim, telah menyuruh kita agar membaca Al-Qur'an selalu.

Bahkan ada yang lebih menyedihkan dari itu, sang anak mengikuti jejak orangtua, sibuk dengan handphone, laptop dan TV, sehingga sekeluarga terlena akan dunia. Rumah seperti itu hakikatnya dalam kegelapan sekalipun rumah itu mewah, bertingkat dan terbuat dari emas.

Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada para orangtua agar selalu mendidik anaknya atas tiga perkara, salah satunya adalah membaca Al-Qur'an yang diriwayatkan oleh imam Ad-Dailami dari sayyidina Ali bin Abi Thalib R.a:

أدبوا أولادكم على ثلاث خصال: حب نبيكم و حب أهل بيته و حب قراءة القرآن

“Didiklah anak-anak kalian atas tiga perkara: mencintai nabi kalian, mencintai ahlul baitnya dan membaca Al-Qur'an.”

Begitupula Rasulullah SAW menyebutkan amal yang paling afdhol bagi umatnya:

أفضل عبادة أمتي تلاوة القرآن

“Paling baiknya ibadah bagi umatku adalah membaca Al-Qur'an.”

Al-Qur'an menjadi sebuah tolok ukur bagi sebuah generasi dalam sebuah masa, bukan sebuah kekayaan dan ketampanan. Jikalau Al-Qur'an sudah di dada, selalu dibaca bahkan lebih baik lagi jika dihafalkan, maka generasi pada masa itu akan baik, pantas untuk diharapkan dan menjadi sebuah kebanggaan bangsa dan tanah air.

Akan tetapi jikalau mereka meninggalkan Al-Qur'an dengan tidak membacanya, membiarkannya berdebu, menjadi sebuah hiasan, pajangan di lemari kaca yang indah, maka tak ada yang bisa diharapkan dari mereka. Tak ada sebuah keunggulan yang dimiliki, dan zaman itu akan gelap dan musnah seperti pada zaman jahiliah.

Bukankah engkau tahu, ketika di zaman Rasulullah SAW Begitu banyak penghafal Al-Qur'an, khususnya para sahabat yang tinggal di emperan masjid Rasulullah SAW atau lebih dikenal dengan "ahlus suffah". Para sahabat sekaligus santri bagi Rasulullah SAW sangat semangat sekali dalam menuntut ilmu khususnya dalam menghafal Al-Qur'an.

Rasulullah SAW pula telah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan di dalam Shahih Bukhori dari sayyidina 'Usman bin 'Affan R.a:

خيركم من تعلم القرآن وعلمه

“Sebaik-baiknya diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarinya.”

Dalam kitab syarah Shahih Bukhori yang dikarang oleh imam Ali bin Khalaf bin Battol itu menyebutkan perkataan sayyidina Abdullah bin 'Amr R.a, sebagai anjuran untuk selalu mempelajarinya:

عليكم بالقرآن! فتعلموه و علموه أبنائكم فإنكم عنه تسألون وبه تجزون وكفى به واعظا لمن عقل

“Teruslah dekati Al-Qur'an. Maka pelajarilah lalu ajarilah anak-anak kalian, sesungguhnya kalian akan ditanyai tentang Al-Qur'an, dan dengannya pula kalian diberi balasan, dengan Al-Qur'an cukup menjadi sebuah penasehat bagi yang berakal.”

Begitu pula sayyidina Abdullah bin Mas'ud R.a memberi sebuah tanda bagi seseorang yang cinta kepada Allah SWT dan Rasulnya itu dengan cintanya terhadap Al-Qur'an:

لا يسأل أحد عن نفسه غير القرآن فإن كان يحب القرآن فإنه يحب الله ورسوله

“Seseorang itu tidaklah bertanya kepada dirinya kecuali tentang Al-Qur'an, jikalau ia mencintainya maka sesungguhnya ia telah mencintai Allah SWT dan rasulnya.”

Lihatlah seluruh perkataan para sahabat tentang kalam suci ilahi, itu hanya setetes contoh dari kalam mereka yang telah merasakan lezat, nikmat sebuah kecintaan dan kedekatan dirinya terhadap Al-Qur'an. Suatu obat bagi hati yang jenuh sebagaimana yang disampaikan oleh imam Khowwas R.a, karena mereka mengetahui tentang kebahagiaan para pecinta Al-Qur'an serta keutamaannya.

Imam Syafi'i R.a telah mengungkapkan sebuah ungkapan yang sangat istimewa, salah satunya terdapat Fadhilah membaca Al-Qur'an:

طلبنا ترك الذنوب فوجدناها في صلاة الضحى وطلبنا ضياء القبور فوجدناه في قراءة القرآن.....الخ

“Kami ingin meninggalkan dosa-dosa, kami mendapatkan sebuah cara dengan sholat dhuha, kami ingin sebuah cahaya tatkala di liang lahat, maka kami mendapatkan sebuah cara dengan membaca Al-Qur'an.”

Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad menyebutkan suatu bait syair, tentang hilangnya sebuah kebaikan yang ada di dunia:

ولم يبق خير في الزمان و أهله # وقد هجروا القرآن والعلم والسنن

“Tidak tersisa sebuah kebaikan di suatu zaman dan bagi penduduknya, ketika mereka meninggalkan Al-Qur'an, ilmu dan sunnah-sunnah nabi Muhammad SAW.”

Dan Habib Muhammad bin Hasan Jamalullail pun menguraikan sebuah kata yang menyentuh hati:

إذا طهُر القلب لم يشبع من قراءة القرآن

“Jika hati telah bersih, maka ia tidak akan penah kenyang dari membaca al-Qur'an.”

Sebagian dari mereka yaitu para sahabat, tabi'in, para ulama mengkhatamkannya dalam keadaan sholat, setiap hari, setiap minggu dan setiap bulan.

Alhabib Abu Bakar Al-'Adni bin Abdullah Alaydrus tatkala ia kecil, bersama anak pamannya yaitu Syekh Abdurrahman bin 'Ali pergi menuju syi'b di kota Tarim, setiap dari mereka membaca sepuluh juz dari Al-Qur'an, tatkala sebelum fajar tiba, mereka berdua bergegas tuk kembali ke rumah.

Dan masih banyak contoh dan panutan dari para sahabat, tabi'in, habaib dan ulama yang senang, riang, gembira, tenang hatinya dan bersemangat dalam membaca Al-Qur'an. Lalu apalagi yang membuat anda tidak membaca Al-Qur'an?

Wallahu 'alam

Referensi:

Shahih Bukhori

Syarah Shahih Bukhori libni Battol

Al-Ghuror

Diwan imam Al-Haddad

Nashoihud diniyyah

Manhajus sawi

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد

Mukalla, 23 Syawal 1442 H/4 Juni 2021 M

Oleh: Muhammad Mufti Nawawi – Mahasiswa Tingkat 1, Fak. Syari'ah, Imam Shafie University, Mukalla, Hadhramaut, Yaman.


Editor: Daniel Simatupang