Gus Baha: Kisah Kaisar Hiraklius yang Mengakui Kenabian Nabi Muhammad SAW

 
Gus Baha: Kisah Kaisar Hiraklius yang Mengakui Kenabian Nabi Muhammad SAW
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: Laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta – Ada sebuah kisah menarik di mana seorang kaisar dari kerajaan Kristen mengakui kenabian Nabi Muhammad SAW. Kisah ini diceritakan oleh Gus Baha dalam sebuah majelis ilmu. Kisah ini menggambarkan betapa luar biasanya pengakuan tersebut, karena secara tradisional, agama-agama besar seringkali mempertahankan keyakinan masing-masing dengan keras.

Namun, momen di mana seorang pemimpin besar mengakui kebenaran kenabian Nabi Muhammad SAW memberikan pelajaran yang sangat berharga tentang toleransi dan keberagaman dalam kepercayaan.

Kaisar Flavius Heraklius, kaisar Byzantium, bertanya pada Abu Sufyan tentang seseorang yang mengaku rasul, “Saya dengar, di daerah kamu ada orang yang mengaku Nabi.” Abu Sufyan menjawab, “Iya.” Percakapan antara Abu Sufyan dengan Kaisar Heraklius disaksikan oleh para pengikut dan pesuruh Abu Sufyan, saat itu mereka belum memeluk islam sehingga masih belum mengakui kenabian Rasulullah.

“Dia orang yang punya nasab baik atau tidak?” tanya kaisar.

“Iya, dia punya nasab yang baik, Dia punya nasab yang terbaik, yaitu suku Quraisy,” jawab Abu Sufyan

“Apakah bapak-bapaknya pernah menjadi raja?” tanya kaisar.

“Tidak pernah,” jawab Abu Sufyan.

“Apa dia pernah berbohong?”

“Tidak pernah.”

“Saat berperang melawanmu, siapa yang menang?”

“Kadang saya menang, kadang kalah.” Jawab Abu Sufyan dengan jujur.

“Lalu, pengikutnya semakin bertambah banyak atau semakin sedikit?”

“Semakin banyak.”

“Yang ikut kepadanya apakah orang-orang rendah atau orang-orang terpandang?”

“Orang-orang kalangan rendah.”

Setelah itu Abu Sufyan terdiam karena Kaisar Hiraklius menyebutkan beberapa kriteria,

“Kalau saja tadi kamu (Abu Sufyan) bilang bahwa dia (Nabi Muhammad) anak raja, pasti dia pembohong. Berarti dia ingin membuat perubahan, revolusi, atau kegiatan baru. Berarti dia rajulun yathlubu mulku abiyati. Jika dia benar-benar anak raja maka kegiatan-kegiatannya bukanlah berdakwah atau mengajak orang beribadah, tapi mencari pengaruh untuk kedepannya karena dia ingin menjadi raja seperti ayahnya.”

Kiasar Heraklius melanjutkan, “Seandainya kamu mengatakan bahwa Muhammad pernah berbohong, maka dia bukan nabi, sebab seorang nabi sejak kecil sudah ditakdirkan tidak pernah berbohong.”

Terdapat pendapat yang menyatakan bahwa pada masa itu, Kaisar Heraklius sebenarnya ingin beriman karena fakta-fakta yang telah dibeberkan oleh Abu Sufyan. Namun, hal yang membuatnya merasa sangat berat untuk beriman adalah gengsinya terhadap hal-hal yang bersifat duniawi.

Pada masa tersebut, Kekaisaran Romawi benar-benar berjaya, dengan wilayah kekuasaannya yang luas dan pengaruhnya yang sangat besar di dunia. Satu-satunya kekuatan yang bisa mengimbangi Romawi adalah Persia.

Bagaimana dunia akan menanggapinya jika seorang raja dari Romawi menerima kepercayaan baru dan tampaknya tunduk kepada kekuatan dari negara yang hanya memiliki gurun dan sedikit tanah yang subur? Dengan pertimbangan-pertimbangan yang banyak, Heraklius lebih memilih untuk tetap pada pendiriannya sebagai seorang raja bagi bangsa Kristen.

Gus Baha juga menceritakan ketika beliau bertemu dengan seorang orientalis yang bertanya tentang kebaikan Nabi Muhammad SAW.

“Pak Baha, kenapa orang Islam itu menghitung kebaikan Muhammad sejak menjadi nabi? Bisa saja sebelum jadi nabi, dia pernah berbohong atau nakal atau selingkuh,” tanya orang itu.

“Apa pernah Abu Jahal dan Abu Lahab menghina Nabi Muhammad karena berzina atau mencuri? Tidak pernah!” jawab Gus Baha.

“Maka, ucapan Abu Jahal itu penting untuk jadi rujukan. Paham ya? Memang nyata! Sekarang kalau orang Islam memuji Nabi Muhammad, wajar karena dia Islam. Apa pernah Abu Jahal berkata, ‘Muhammad sekarang sok suci. Padahal dulu sering pacarana.’ Tidak pernah! Karena memang tidak pernah pacaran,” lanjut Gus Baha.

Baik Abu Lahab dan Abu Jahal tidak bisa menghina nabi sebab mereka tidak menemukan kebenaran bahwa sebelum menjadi nabi, Muhammad SAW melakukan sebuah keburukan. Oleh karena itu Nabi Muhammad SAW disebut sebagai orang yang maksum sejak kecil.

Sebab itu jugalah yang membuat Kaisar Hiraklius mengakui kenabian Muhammad SAW, “Ya, dia adalah Nabi yang muncul di akhir zaman.” Hiraklius melanjutkan, “Seandainya saya kuat dan mampu, saya akan mencium kakinya, tidak hanya saya cium tangannya.”


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 3 Agustus 2021 . Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

Sumber:

1. Sebuah Channel Youtube dengan nama Ngaji Hijrah, dengan judul Gus Baha: Kisah Kaisar Kristen yang Mengakui Rasulullah
---------
Penulis: Daniel Simatupang

Editor: Muhammad Iqbal Rabbani