Jangan Mencari Ridha Manusia (Bagian 4)

 
Jangan Mencari Ridha Manusia (Bagian 4)
Sumber Gambar: Ilustrasi/Laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta – Mengapa meraih ridho manusia adalah suatu kemustahilan? Sebab setiap orang memiliki pikiran dan kesukaan yang berlainan. Apa yang disukai oleh si A, belum tentu disukai oleh si B. Dan apa yang disukai si B, belum tentu disukai oleh si C. Lantas kesukaan siapa yang akan kita cari?

Mustahil Meraih Ridha Semua Manusia

Dikisahkan dalam kitab Nafhu ath-Thib karya Syihabuddin al-Muqriy, ada lelaki bijak yang mempunyai seorang anak. Suatu hari si anak berkata kepadanya, “Ayah, mengapa orang-orang mengkritikmu dalam banyak hal yang engkau lakukan? Bila engkau tinggalkan berbagai hal itu, niscaya engkau akan terbebas dari kritikan mereka.”

Sang ayah menjawab, “Wahai anakku, engkau masih terlampau hijau dan belum banyak pengalaman. Keridhaan seluruh manusia adalah sebuah angan-angan yang mustahil dicapai. Akan kutunjukkan padamu buktinya.”

Lalu bapak itu mengeluarkan seekor keledai dan berkata kepada anaknya, “Naikilah keledai ini. Aku akan berjalan kaki menuntunnya.”

Tidak lama kemudian, ada seorang laki-laki yang berkomentar “Lihat, dasar anak tidak beradab. Dia naik tunggangan, sementara bapaknya berjalan kaki. Betapa dungunya si bapak, dia membiarkan anaknya melakukan itu.”

Bapak berkata, “Sekarang kamu turun, berjalan kakilah dan aku yang menungganginya.”

Sesaat kemudian ada lagi yang berkomentar, “Lihatlah orang itu. Benar-benar tidak kasihan pada anaknya. Dia naik tunggangan dan membiarkan anaknya berjalan.”

“Ayo kita berdua naik!” lanjut bapaknya.

Ternyata ada lagi yang berkomentar, “Dasar manusia tidak berperasaan! Lihatlah betapa teganya mereka berdua menunggangi keledai kurus! Mestinya satu orang saja sudah cukup.”

Si bapak menyambung, “Sekarang kita berdua turun.” Lalu keduanya berjalan menuntun keledai itu.

Seseorang berkomentar, “Semoga Allah tidak mengaruniakan kemudahan kepada mereka. Untuk apa mereka membawa keledai, bila tidak ditunggangi?!”

Bapak itu mengakhiri dengan nasehat, “Anakku, bukankah engkau telah mendengar seluruh ucapan mereka? Ketahuilah bahwa tidak ada seorang pun yang bisa selamat dari kritikan orang dalam kondisi apa pun.”

Oleh karenanya, berhentilah berlelah-lelah mencari penilaian manusia yang melelahkan, sebab pada ahirnya setiap orang memiliki pandangannya masing-masing terhadapmu. Cukuplah dengan ridho Allah subhanahu wa ta'ala bagimu, sungguh mencari ridho manusia adalah tujuan yang tidak akan pernah tergapai. Sedangkan ridho Allah subhanahu wa ta'ala adalah destinasi yang pasti sampai.

Doa

Untuk lebih memantapkan usaha kita, dalam menggapai ridha-Nya, ada baiknya kita selalu berdoa:

..  أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ

“Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hambaMu yang shaleh.” (QS. an-Naml: 19)

اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْئَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُبِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ

"Ya Allah, sesungguhnya kami memohon keridhoan-Mu dan surga, dan kami berlindung dari murka-Mu dan siksa neraka."

Keharusan Mencari Ridha Allah

Jalan ibadah tidak akan bisa lurus, kecuali bila hamba tersebut memandang kenikmatan akhirat dan mengharapkan satu keinginan yaitu mencari ridha Allah subhanahu wa ta'ala, demi menggapai jannah al-'a'la. Dengan demikian, menggapai ridha Allah subhanahu wa ta'ala itu merupakan keharusan bagi setiap Muslim, karena Allah subhanahu wa ta'ala menjadikan ridha itu sebagai syiar kehidupan akhirat.

“Pada hari itu banyak (pula) wajah yang berseri-seri, merasa senang (ridha) karena usahanya (sendiri), (mereka) dalam surga yang tinggi.” (QS. al-Ghasyiyah: 8-10).

Allah selalu memanggil hamba-Nya yang berhati ridha.

“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya.” (QS. al-Fajr: 27-28)

Aku Ridho

رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالإِسْلَامِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا وَرَسُوْلًا

“Aku rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul.” (HR. Imam Ahmad, Imam Abu Dawud, Imam At-Tirmidzi, Imam An-Nasai, dan Imam Al-Hakim rahimahumullah)

Oleh: Gus Ahmad Zaini Alawi Khodim Jama'ah Sarinyala Kabupaten Gresik


Editor: Daniel Simatupang