Kisah Mbah Hasyim Mengaji bersama Imam Mazhab dan Imam Hadits Selama 120 Tahun

 
Kisah Mbah Hasyim Mengaji bersama Imam Mazhab dan Imam Hadits Selama 120 Tahun
Sumber Gambar: rri.co.id

Laduni.ID, Jakarta – KH. Muhammad Hasyim Asy’ari merupakan ulama besar ahli hadits yang sangat tersohor di masanya. Sebagai pendiri NU, beliau (KH. Hasyim Asy’ari) tentunya mempunyai kapasitas ilmu yang tak perlu diragukan. Beliau memiliki gelar “Hadratussyekh”, gelar yang tidak sembarang ulama bisa miliki.

Ulama yang memili gelar “Hadratussyekh” haruslah menguasai berbagai disiplin keilmuan Islam, termasuk kitab-kitab hadits dari Kuttubus Sitah yang meliputi Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Bukhari Muslim, Sunan Abu Dawud, Turmudzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah.

Itulah alasan mengapa Hadratussyekh KH. Hasyim Asy’ari sangat dihormati dan disegani ulama dunia saat itu. Bahkan gurunya para ulama besar, Syaikhona Kholil Bangkalan mengakui kealiman dan keilmuan Hadratussyekh KH. Hasyim Asy’ari.

Dulu, ketika Mbah Hasyimmasih menjadi santri Syaikhona Kholil Bangkalan, beliau diberi tugas untuk mengurusi kuda-kuda milik Mbah Kholil. Hingga beliau hanya memiliki sedikit waktu untuk mengaji, karena sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mengurusi kuda Mbah Kholil.

Suatu saat, Mbah Kholil kedatangan seorang Kyai asal Jawa yang telah memiliki banyak santri. Kyai tersebut berniat meminta Mbah Kholil untuk mencarikan menantu, sebab dirinya belum memiliki penerus untuk mengurus pesantrennya.

“Ya Syaikhona, kedatangan saya kesini pertama-tama berniat untuk silaturahmi. Kedua, mengingat puteri saya telah dewasa dan usia saya juga sudah mendekati ajal, kiranya saya ingin mencarikan jodoh untuknya. Mohon petunjuk dan izin dari Syaikhona untuk mencarikannya jodoh,” pinta kyai asal Jawa itu.

Setelah mendengar niat kedatangan kyai tersebut, Mbah Kholil langsung memanggil Mbah Hasyim yang saat itu sedang mengurusi kuda di belakang rumah. Mendengar sang guru memanggil Namanya, Mbah Hasyim dengan segera menghampiri sang guru dengan tergesa-gesa.

“Iya kyai (Mbah Kholil), njenengan manggil saya?” kata Mbah hasyim yang secara otomatis merunduk di depan Mbah Kholil.

“Iya,” kata Mbah Kholil.

“Ini dia calon menantu yang akan meneruskan perjuanganmu,” dawuh Mbah Kholil kepada sang tamu.

Kyai tersebut tercengang mendengar perkataan Mbah Kholil, seorang santri yang lusuh dan tak karuan (Mbah Hasyim) dihadapannya memiliki ilmu yang cukup untuk mengurusi pesantren miliknya.

Di sisi lain Mbah Hasyim pun merasa bingung dengan sang guru, sebab Mbah Hasyim yang belum memiliki (ilmu) apa-apa harus dijadikan sebagai menantu dari seorang ulama yang begitu mulia, alim, dan berwibawa. Mbah Hasyim merasa belum layak untuk dijadikan sebagai menantunya.

Setelah itu Mbah Kholil mengatakan sesuatu yang membuat Mbah Hasyim dan tamunya terkejut, “Sudahlah, kamu (tamu) pulang dan siapkan saja selamatnnya, tiga hari lagi aqadnya dilaksanakan. Dan kamu Hasyim, kembali ke belakang dan urusi kuda-kudanya.”

Pergilah keduanya sebagaimana perintah Mbah Kholil. Di belakang, Mbah Hasyim yang risau bergumam seorang diri, “Bagaimana saya mampu menjalani perintah guru, kenapa guru tidak memberi saya terlebih dahulu sebelum memutuskannya?”

Ketika pikiran dan perasaan yang campur aduk, pada saat itulah Allah memberikan hidayah-Nya kepada Mbah Hasyim. Beliau teringat akan pesan Mbah Kholil, “Barang siapa di antara kalian yang ingin tercapai hajatnya maka bacalah sholawat nariyah sebanyak-banyaknya dan pada waktu ijabah sangat dianjurkan yaitu setelah separuh malam hingga menjelang subuh.”

Malam harinya, Mbah Hasyim langsung melaksanakan pesan dari Mbah Kholil untuk membaca Shalawat Nariyah sebanyak-banyaknya. Sayangnya, ketika menjelang Subuh, Mbah Hasyim ketiduran. Dalam mimpinya, Mbah Hasyim bertemu dengan Imam Bukhari dan mengajarkan kepada Mbah Hasyim hadits-hadits shahih. Saat itu Mbah Hasyim berguru pada Imam Bukhari selama 40 tahun, namun anehnya hanya mimpi dan beliau terbangun ketika adzan Subuh berkumandang. Mbah Hasyim merasa heran dan tidak percaya dengan mimpi yang dialaminya.

Malam berikutnya, ketika Mbah Hasyim mengamalkan Shalawat Nariyah beliau kembali ketiduran. Dan dalam mimpinya kali ini beliau bertemu dengan Imam Syafi’i, serta mengajarkan beliau kitab-kitab fiqh dari berbagai mazhab (Imam Syafi’i, Imam Maliki, Imam Hanafi, dan Imam Hanbali). Sama seperti sebelumnya, Mbah Hasyim belajar selama 40 tahun kepada Imam Syafi’i, dan terbangun ketika adzan Subuh berkumandang.

Di malam ketiga, Mbah Hasyim melakukan hal yang sama seperti dua malam sebelumnya. Namun, kali ini beliau bertemu dengan Imam al-Ghazali dan Imam Junaid al-Baghdadi yang mengajarkan kitab-kitab tasawuf selama 40 tahun. Ketika terbangun, beliau merasa bingung dengan mimpi-mimpinya. Lalu beliau berniat untuk menceritakan mimpinya kepada sang guru, namun hal itu tidak sempat diutarakan sebab Mbah Hasyim diperintah untuk segera bersiap-siap berangkat ke rumah calon mertuanya untuk melangsungkan akad nikah.

Lalu, Mbah Hasyim dan Mbah Kholil pun berangkat. Sesampainya di tujuan, Mbah Kholil tidak mengeluarkan sepatah kata pun dan berniat langsung kembali ke Bangkalan. Ketika hendak pergi, Mbah Kholil memberikan dawuh kepada Mbah Hasyim dan mertuanya, serta disaksikan oleh banyak santri dan tamu undangan.

“Hasyim, kamu jangan aneh-aneh ya! Ikuti saja (ibadah) apa yang sudah dicontohkan oleh Nabi SAW melalui para ulama. Ikuti ulamanya Allah supaya selamat, Allah pasti bersamamu,” kata Mbah Kholil Kepada Mbah Hasyim.

“Jangan ragu dengan Hasyim, dia sudah belajar selama 120 tahun,” kata Mbah Kholil kepada mertua Mbah Hasyim.

Mendengar dawuh Mbah Kholil, baik Mbah Hasyim, sang mertua, maupun semua yang ada di situ terkejut dan merasa heran. Bagaimana Mbah Hasyim sudah mengaji selama 120 tahun, sedangkan usianya saat itu saja belum genap 50 tahun. Mbah Kholil lalu pergi meninggalkan mereka.

Esok harinya, sang mertua mencoba untuk menguji Mbah Hasyim untuk membuktikan dawuh Mbah Kholil yang mengatakan jika menantunya telah mengaji selama 120 tahun. Seketika Mbah Hasyim yang masih berada di masji pun dipanggil, dan beliau terkejut ketika di hadapannya telah disediakan dua kitab tafsir dan hadits.

Saat itulah Mbah Hasyim menunjukkan karomahnya, tanpa harus menyentuh dua kitab tersebut, Mbah Hasyim langsung membaca dan menafsirkan dua kitab tersebut tanpa ada satu kesalahan sedikitpun. Semua yang menyaksikan Mbah Hasyim menjelaskan dua kitab besar tersebut dibuat heran, sebab ketika Mbah Hasyim menjelaskan, beliau menjelaskan layaknya seorang ahli ilmu yang telah berkali-kali mengkhatamkan kitab tersebut.

Semoga Allah senantiasa mengalirkan segala keberkahan dan manfaat dari Mbah Hasyim dan Mbah Kholil kepada penerus beliau-beliau saat ini. Amin.

Disadur dari berbagai sumber


Editor: Daniel Simatupang