Cerminan Akhlak KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah)

 
Cerminan Akhlak KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah)
Sumber Gambar: KOMPAS.COM/MOH. SYAFIÍ

Laduni.ID, Jakarta – KH Salahuddin Wahid atau akrab dikenal dengan Gus Sholah merupakan putera ketiga dari KH Wahid Hasyim dan Nyai Sholichah, yang juga merupakan adik kandung dari KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), mantan Presiden ke-4 Republik Indonesia.

Masa kecil beliau selalu diisi dengan belajar, baik iru kepada kiai, di pesantren ataupun melalui buku-buku yang beliau baca. Saat Gus Sholah bersekolah di SD KRIS (Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi), beliau sudah dihadapkan pada lingkungan yang heterogen, sehingga beliau terbiasa menghadapi perbedaan dan menumbuhkan nilai-nilai toleransi dalam dirinya.

Tercatat beliau pernah berguru pada KH Muhammad Fauzi dan KH Abdul Ghoffar, di luar dari Pendidikan yang didapatkan dari KH Wahid Hasyim (ayah) dan KH Bisri Syansuri (kakek). Selain semangat dalam belajar beliau juga aktif di beberapa organisasi, seperti kepanduan Ansor dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Pada 2006, Gus Sholah diamanahkan menjadi pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng menggantikan KH Yusuf Hasyim yang mundur dari jabatan pengasuh Ponpes Tebuireng. Gus Sholah memiliki peranan besar dalam pengembangan pondok pesantren, seperti peningkatan kualitas pengajar, penambahan asset Yayasan, serta mendirikan pusat kesehatan di sekitar pondok pesantren yang bisa dirasakan manfaatnya oleh santri dan warga sekitar.

Gus Sholah sangat berjasa bagi negara. Beliau menggagas Deklarasi Tebuireng untuk melawan budaya korupsi dengan para pemimpin lintas agama, berhasil meredam konflik di Aceh, beliau juga berjasa dalam meredam konflik Ambon-Poso Bersama tokoh lintas agama lainnya.

Gus Sholah wafat pada 2 Februari 2020 setelah melakukan operasi ablasi pada tanggal 31 Januari di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta. Beliau dimakamkan di tanah pemakaman Tebuireng, di kompleks yang sama di dekat orang tua, kakek-nenek, dan almarhum saudaranya, KH Abdurrahman Wahid.

Semasa hidupnya, Gus Sholah telah melahirkan banyak karya, diantaranya KH. Abdul Wahid Hasyim dalam Pandangan 2 Putranya (2015), Menggagas Peran Politik NU (2002), Berguru Pada Realitas (2011), Menjaga Warisan Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari (2020)​, dan lainnya. Buku terakhir yang disebutkan merupakan karya terakhir beliau sebelum wafat.

Gus Sholah merupakan sosok yang tenang, sejuk, damai, santun, dan toleransi. Saat berdebat dengan sang kakak, Gus Dur, beliau selalu menggunakan bahasa yang santun dan sopan, karena dalam beberapah hal Gus Dur dengan Gus Sholah memiliki perbedaan pandangan dalam menyikapi suatu masalah.

Gus Sholah juga sosok yang sangat sederhana, hal tersebut menurut pengakuan dari KH Said Aqil Siradj, Ketua Umum PBNU. “Gus Sholah pribadi yang sangat sederhana. Enggak glamor, enggak mewah, sangat sederhana,” kata Kiai Said. Beliau juga sosok yang toleransi, pada Agustus 2017 beliau pernah berkata, “Intinya adalah toleransi, jangan lakukan sesuatu pada orang lain yang tidak ingin kita lakukan pada diri kita sendiri, begitu,” ujar KH. Salahuddin Wahid.

Mari kita sejenak mendoakan beliau, semoga apa yang telah beliau kerjakan semasa hidup menjadi amal baik yang tak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau, dan semoga kita sebagai murid, santri, dan pengagum beliau mendapat keberkahan dari semua yang beliau tinggalkan. Al Fatihah.


Editor: Daniel Simatupang