Kisah Legenda, Fabel Aesop: Belalang dan Semut

 
Kisah Legenda, Fabel Aesop: Belalang dan Semut
Sumber Gambar: Ilustrasi/Pixabay

Laduni.ID, Jakarta – Fabel Aesop adalah sebuah kisah legenda yang menceritakan kehidupan hewan yang berprilaku layaknya manusia yang dituturkan oleh Aesop, seorang pengarang asal Yunani yang hidup antara 620-564 SM. Sudah banyak kisah legenda yang Aseop ciptakan, dan semuanya mempunyai nilai moral yang bisa dijadikan renungan Bersama. Salah satunya ialah kisah semut dan belalang.

Di suatu musim semi di ladang yang subur, tinggallah satu kawanan semut dan seekor belalang. Kedua serangga kecil itu menjalin hubungan yang sangat akrab, ketika bertemu mereka pun tak segan untuk saling menyapa satu sama lain.

Di ladang itu, belalang terkenal sebagi hewan yang pemalas. Ia selalu menghabiskan waktunya dengan bersantai, bernyanyi, menari, atau sekedar berbaring di rumput yang hijau. Ia tak pernah memikirkan masa depan, bahkan untuk rencana hari esok pun ia tak punya.

Berbanding terbalik dengan kawanan semut, mereka sangat rajin. Mereka selalu bekerja keras mengumpulkan persediaan makanan, bahkan mereka melakukan itu tanpa rasa lelah sedikit pun.

Di suatu siang, kawanan semut itu melintas di depan belalang yang sedang bersantai. Belalang merasa heran terhadap kerja keras semut, lantas ia berkata, “Hai keluarga semut! Mengapa kamu terlihat bekerja lebih keras? Daripada kelelahan, bukankah lebih menyenangkan jika kalian bersantai di tempatku ini?” tanya belalang.

“Kami sedang bekerja keras menyiapkan makanan untuk musim dingin nanti. Karena saat musim dingin tiba, tidak ada tanaman yang bisa tumbuh dan kita akan mati kelaparan jika tidak mulai menyiapkannya sedari dini,” jawab semut.

Mendengar jawaban semut, belalang tertawa keheranan. “Musim dingin masih lama kawanku, mengapa kalian begitu khawatir. Lihat, hari ini sangatlah cerah! Ayo kemari dan bernyanyi bersamaku,” seru belalang kepada semut.

“Tidak! Kami rasa kau juga sebaiknya ikut bekerja bersama kami. Musim dingin kali ini akan berjalan sangat panjang. Kamu sebaiknya mulai bekerja menyimpan makanan,” ujar semut. Belalang menolak tawaran dari semut, ia kembali bersantai sambil bernyanyi dengan riang gembira.

Tak terasa musim berganti musim semua tetap pada kegiatannya masing-masing, belalang tetap pada aktifitasnya bersantai, makan, bernyanyi hingga berat badannya pun naik. Sedangkan semut tetap bekerja keras setiap hari, setiap waktu, dan pada musim apapun.

Tibalah pada musim yang ditunggu-tunggu, yaitu musim dingin. Angin berhembus begitu dingin, semua tempat sudah tertutupi oleh salju. Benar kata semut, bahwa musim dingin ini akan berjalan sangat panjang, tak heran bila semut bekerja keras setiap hari mengumpulkan persediaan makanan, ranting dan pasir untuk menghangatkan sarangnya.

Di sisi lain, belalang menemukan dirinya kelaparan. Ia mencari makanan di rumahnya namun tak menemukan satu makanan pun di dalamnya. Belalang pun memutuskan untuk mencari makanan di luar, namun semuanya telah membeku. Ia kebingungan, badannya kurus kerontang dan lemah.

Lantas ia teringat dengan semut yang setiap hari bekerja keras mengumpulkan makanan, bergegaslah ia pergi ke mendatangi semut. Setibanya di sarang semut, ia melihat dari luar mereka sedang menikmati makanannya di dalam sarang yang hangat dan rapih.

Semut pun menyadari kedatangannya dan segera menghampirinya.

“Bicaralah, ada apa belalang?” tanya semut.

“Aku hampir mati kelaparan. Bolehkah aku meminta sebutir gandum, sedikit jelai atau apapun. Tolonglah aku sangat kelaparan,” pinta belalang.

“Apa yang kamu lakukan dari musim semi ketika kami sibuk bekerja mengumpulkan makanan?” tanya semut.

Belalang menyadari apa yang telah ia lakukan selama ini, ia bersantai tanpa memikirkan masa depan. Ia malas-malasan tanpa memiliki rencana untuk hari esok, dan ia menyesali semua perbuatannya di depan semut.

Melihat kondisi belalang yang lemah dan pengakuannya, semut luluh dan memberikan sedikit makanan serta mengajak belalang untuk mampir sebentar di sarangnya. Semenjak itu belalang mendapatkan sebuah pelajaran yang berharga, dan semenjak itu pula belalang selalu rajin dan bekerja keras membantu semut mengumpulkan persediaan makanan untuk musim dingin yang akan datang.

Dari fabel ini, sebuah pelajaran berharga dapat diambil, jangan pernah menyianyiakan waktu sedkitpun, gunakan kesempatan yang dimiliki dengan sebaik-baiknya. Sebab, hari esok adalah misteri, oleh karenanya perbanyak bekal untuk menghadapi hari yang misteri itu.


Editor: Daniel Simatupang