Peran Penting Gus Maksum dalam Menumpas Pemberontakan PKI

 
Peran Penting Gus Maksum dalam Menumpas Pemberontakan PKI
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Sejarah kelam gerakan PKI di Indonesia tak terlepas dari keterkaitannya dengan para kiyai, pesantren dan santri. Salah satu pesantren yang menjadi saksi sejarah kelam itu adalah Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri yang saat itu menjadi kiblat perjuangan di eks-Karisedenan Kediri.

Lirboyo yang juga memiliki sejarah perjuangan saat melawan penjajah Belanda dan Jepang itu menjadi titik dibentuknya pasukan Pembela Tanah Air (PETA), yang diinisiasi oleh Kiyai Ibrahim Banjarmelati (Ipar Kiyai Abdul Karim). Sedangkan Laskar Hizbullah Sabilillah di Kediri merupakan embrio dari lahirnya Kodam V Brawijaya.

Saat pemberontakan PKI di Madiun, Kiyai Mahrus Aly bersama para santrinya berangkat menuju Madiun untuk menumpas pemberontakan. Kiyai Mahrus Aly yang saat itu bergabung dengan Brigade S. Soerahmad berhasil menumpas pemberontakan, dan salah satu santri beliau, Gus Maksum didapuk sebagai komandan tempur lapangan.

Gus Maksum yang bertempat tinggal di Kediri tidak lepas dari teror dan penyerangan sepihak oleh PKI. Aksi-aksi kriminal seperti perampokan, perampasan, hingga pembunuhan dilakukan secara brutal oleh PKI. Melihat kejadian tak manusiawi itu Gus Maksum langsung berkeyakinan bahwa PKI yang memiliki status sebagai partai politik resmi berencana melakukan makar dan merubah ideologi Pancasila menjadi Komunis.

Gus Maksum yang saat itu berusia 18 tahun pun dengan berani meneriakkan “Ganyang PKI” sebagai bukti bahwa dirinya akan memberantas PKI, dan hal tersebut terbukti dari beberapa tragedi yang terjadi, misalnya saat tragedi Watu Ompak.

PKI yang saat itu sering melakukan kerusuhan dan provokasi menantang Gerakan Pemuda Ansor (GP. Ansor) untuk mengadakan pertandingan silat secara regular setiap satu bulan sekali di Desa Watu Ompak, Kecamatan Prambon. PKI melayangkan tantangannya itu kepada tiga pesantren di Kecamatan Prambon, Kediri, yang di antaranya adalah Pesantren Selo Agung, Pesantren Bandung, dan Pesantren Kedungsari.

Para pendekar GP Ansor menerima tantangan dari PKI yang dikira sebagai sarana mempererat persahabatan. Namun, dari pihak PKI menunjukkan tindakan ejekan, agitasi, provokasi dan teror terus menerus kepada GP Ansor. Menerima perlakuan tersebut, GP Ansor tidak langsung bertindak melainkan menunggu kedatangan Gus Maksum.

Setelah Gus Maksum hadir, beliau langsung naik ke dalam arena dan menggemakan takbir, “Allahu Akbar!” seketika rambutnya berdiri dan berubah menjadi api yang membuat para pesilat PKI kabur ketakutan.

Kisah ini sangat masyhur di kalangan para pegiat bela diri, khususnya Pagar Nusa. Selain itu, di kalangan para santri, khususnya Pesantren Lirboyo, Gus Maksum dikenal dan diyakini sebagai seorang pendekar yang "jadug" alias sakti dan tak ada yang ditakuti. []

 


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 02 Oktober 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Hakim