Pentingnya Memelihara Akhlak kepada Guru

 
Pentingnya Memelihara Akhlak kepada Guru
Sumber Gambar: Tanoto Foundation

Laduni.ID, Jakarta – Kesuksesan seorang murid dalam menimba ilmu tidak hanya ditentukan oleh lembaga pendidikan, ilmu itu sendiri, metode belajar, atau sarana pendidikan, melainkan ada pada diri sang murid itu sendiri. Dalam hal ini ialah akhlak murid terhadap sang guru.

Dalam kitab Lawaqih al Anwaar al Qudsiyyah, diriwayatkan Imam An-Nawawi ketika hendak belajar kepada sang guru, beliau selalu bersedekah sepanjang perjalanannya dan berdoa, “Ya Allah, tutuplah dariku kekurangan guruku, hingga mataku tidak melihat kekurangannya dan tidak seorangpun yang menyampaikan kekurangan guruku kepadaku.” (Lawaqih al Anwaar al Qudsiyyah: 155)

Dalam kitab At Tahdzibnya, beliau juga pernah berkata:

عقوق الوالدين تمحوه التوبة وعقوق الاستاذين لا يمحوه شيء البتة

“Durhaka kepada orangtua dosanya bisa hapus oleh taubat, tapi durhaka kepada ustadzmu (guru) tidak ada satupun yang dapat menghapusnya.”

Al Habib Abdullah Al-Haddad pernah mengatakan,

“Paling bahayanya bagi seorang murid, adalah berubahnya hati gurunya kepadanya. Seandainya seluruh wali dari timur dan barat ingin memperbaiki keadaan si murid itu, niscaya tidak akan mampu kecuali gurunya telah ridha kembali.” (Adaab Suluk al Murid: 54)

Jangan Menuntut kepada Guru

Dalam Kitab Ghoyah al Qashd wa al Murad, Al Habib Abdullah Al-Haddad mengatakan,

“Tidak sepatutnya bagi penuntut ilmu mengatakan pada gurunya, ‘perintahkan aku ini!’, ‘berikan aku ini!’, karena itu sama saja menuntut untuk dirinya. Tapi sebaiknya dia seperti mayat di hadapan orang yang memandikannya.” (Ghoyah al Qashd wa al Murad: 2/177)

Diriwayatkan dalam Kalam al Habib Idrus al Habsyi halaman 78, bahwa ada seorang murid yang sedang menyapu di halaman madrasah. Saat itu tiba-tiba saja Nabi Khidir a.s menghampirinya, murid itu sedikitpun tak menoleh pada Nabi Khidir atau bahkan mengajaknya bicara. Maka Nabi Khidir berkata, “Tidakkah kau mengenal diriku?” Murid itu menjawab, “Ya, kau adalah Abul Abbas al-Khidir.” Nabi Khidir bertanya, “Lalu, kenapa kau tidak meminta sesuatu dariku?” Murid itu menjawab, “Guruku sudah cukup bagiku, tidak tersisa satu hajatpun kepadamu.”

Para ahli hikmah juga mengatakan, “Barangsiapa yang mengatakan ‘kenapa?’ kepada gurunya, maka dia tidak akan bahagia selamanya,” (Al Fataawa al Hadiitsiyyah: 56)

Al Imam Ali bin Hasan Alathas mengatakan:

ان المحصول من العلم والفتح والنور اعني الكشف للحجب، على قدر الادب مع الشيخ وعلى قدر ما يكون كبر مقداره عندك يكون لك ذالك المقدار عند الله من غير شك

“Memperoleh ilmu, futuh dan cahaya (maksudnya terbukanya hijab batinnya), adalah sesuai kadar adabmu kepada gurumu. Kadar besarnya gurumu di hatimu, maka demikian pula kadar besarnya dirimu di sisi Allah tanpa ragu.” (al Manhaj as Sawiy: 217)

Para ahli hakikat juga mengatakan, “mayoritas ilmu diperoleh sebab hubungan baik (akhlak) antara murid dengan gurunya.”

Wallahua'lam

Disadur dari tulisan Siti Mudrikah


Editor: Daniel Simatupang