Sejarah Masuknya Maulid Simthud Durar ke Indonesia

 
Sejarah Masuknya Maulid Simthud Durar ke Indonesia
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – Bagi muslim yang berpaham Ahlussunnah wal Jamaah, maulid merupakan tradisi yang tak pernah absen dilakukan setiap tahun. Salah satu bacaan maulid yang terkenal di Indonesia adalah Maulid Simthud Durar karangan Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi.

Biografi Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi

Dilansir dari NU Online, Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi sendiri lahir di kota Qasam, sebuah kota di negeri Hadramaut, Yaman pada Jumat, 24 Syawal 1259 H (17 November 1843 M). Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi sejak kecil telah memiliki kecintaan yang begitu besar terhadap Al-Quran dan Rasulullah SAW, oleh sebab itu sejak kecil beliau telah mengkhatamkan Al-Quran dan berhasil menguasai beberapa bidang ilmu agama.

Salah satu diantara karya besar beliau yang hingga saat ini masih dikerjakan oleh banyak umat Muslim di dunia adalah Simthud Durar fi Akhbar Maulidi Khairil Basyar wama Lahu min AkhlaqI wa Aushaf wa Siyar (Untaian Mutiara Kisah Kelahiran Manusia Utama; Akhlak, Sifat, dan Riwayat Hidupnya).

المَوْلِدُ أَنَا أَلَّفْتُهُ عَلَى نِيَةٍ صَالِحَةٍ، فَتْحٍ جَدِيْدٍ، وَلَا شَكَّ أَنَّ رُوْحَهُ ﷺ تَحْضُرُ عِنْدَ قِرَائَتِهِ  

Artinya: “Maulid Simthud Durar yang saya susun ini atas dasar niat yang benar, media yang baru, dan tidak diragukan kembali bahwa sungguh ruh Rasulullah akan hadir saat membacanya.” (Lihat, Al-Jawahirul Maknunah wal Asrarul Makhzunah, h. 42)

Dalam buku Sekilas tentang Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi karangan Habib Novel Muhammad Alaydrus, Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi wafat pada pada 20 Rabiul Akhir 1333 H. Salah satu anak beliau dari istri kedua, Syarifah Fatimah binti Muhammad Maulakhela, Habib Ali bin Alwi bin Ali Al-Habsyi (ayah dari Habib Anis bin Alwi Al-Habsyi) tinggal di Solo, Jawa Tengah.

Masuknya Maulid Simthud Durar ke Indonesia

Maulid Simthud Durar masuk ke Indonesia melalui Haflah Maulid setiap hari Kamis bulan Rabiul Awal, yang dibawa oleh Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi atas perintah langsung dari Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi. Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi memulai dari daerah Jatiwangi, Cirebon dan berpindah-pindah dari satu wilayah ke wilayah lain, hingga berakhir di Masjid Ampel, Surabaya.  

Sebelum Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi wafat pada 1337 H (beberapa sumber menyebutkan beliau wafat pada 1917/1919 M), beliau menyerahkan Maulid Simthud Durar kepada Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang.

Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi lalu menyebarluaskan Maulid Simthud Durar dan secara resmi perayaan Maulid diadakan.

Keutamaan Simthud Durar

Diantara keutamaan membaca Maulid Simthud Durar ialah seperti yang dikatakan oleh Sayyidil Habib Ali al-Mantsur, beliau berkata:

وَلَمَّا قُرِئَ الْمَوْلِدُ بِبَيْتِهِ سَنَةَ ألف وثلاثمئة وثلاثون هــ. قَالَ رَضِي الله عَنْهُ: المَوْلِدُ كَأَنْ عَادَ نَحْنُ الا سَمِعْنَاهُ، عَلَيْهِ نُوْرٌ عَظِيْمٌ، وَكُلُّ عِبَارَةٍ صِفَةٌ مَلَانَةٌ بِتَعْظِيْمِهِ ﷺ 

Artinya: “Setelah maulid (Simthud Durar) dibaca di rumahnya, tahun 1330 H, Habib Ali al-Mantsur berkata: Maulid (Simthud Durar) seperti mengembalikan kita semua (pada zaman Rasulullah), maka dengarkanlah, di dalamnya terdapat cahaya yang mulia, dalam setiap ungkapan terdapat sifat yang sangat condong mengagungkan Rasulullah.” (Sayyid Ahmad bin Ali bin Alawi al-Habsyi, Syarah Simthud Durar fi Akhbar Maulidi Khairil Basyar wama Lahu min AkhlaqI wa Aushaf wa Siyar, halaman 391)

Dalam Kitab kitab At-Ta’rif bil Maulid min Kalami Shahibil Maulid juga disebutkan keutamaan Simthud Durar ialah:

مَوْلِدِي هٰذَا أَشْوَفُ أَنَّهُ لَوْ دَاوَمَ الوَاحِدُ عَلَى قِرَائَتِهِ وَحِفْظِهِ وَجَعَلَهُ مِنْ أَوْرَادِهِ، أَنَّهُ يَظْهَرُهُ لَهُ شَيْءٌ مِنْ سِرِّهِ ﷺ  

Artinya: “Maulidku ini (Simthud Durar) sangat bermanfaat. Bahwa sesungguhnya, barang siapa yang tekun membacanya, menghafalnya, dan menjadikannya sebagai wirid, maka sungguh akan ditampakkan kepadanya rahasia (sir) Rasulullah ﷺ.”

Maulid Simthud Durar juga memiliki keutamaan menjadi penyebab futuh (dibukanya pemahaman akan ilmu), sehingga Sinthud Durar sangat cocok bagi santri atau pencari ilmu yang sedang belajar.

مَنْ أَرَادَ الْفَتْحَ، فَلْيَحْفَظْ المَوْلِدَ أَوْ يَكْتُبَهُ 

 Artinya: “Barang siapa yang hendak diberikan futuh, maka hafalkanlah maulid (Simthud Durar), atau menulisnya.” (Habib Ahmad bin Alawi bin Ali bin Muhammad Al-Habsy, At-Ta’rif bil Maulid min Kalami Shahibil Maulid, h. 5)

Disadur dari Instagram Ulama Nusantara


Editor: Daniel Simatupang