Mendidik Santri secara Lahir dan Batin ala KH. Bisri Mustofa

 
Mendidik Santri secara Lahir dan Batin ala KH. Bisri Mustofa
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Sebagai orang yang sedang menuntut ilmu, santri membutuhkan pendekatan yang berbeda dibanding pelajar pada umumnya. Seorang santri tidak bisa hanya dibentuk dari luar, melainkan dibentuk luar dan dalam, supaya tidak hanya secara fisik saja, namun secara batiniyah juga dapat bermanfaat bagi umat.

KH. Ahmad Mustofa Bisri atau akrab dikenal dengan Gus Mus bercerita bahwa beliau pernah didawuhi oleh sang ayah, KH Bisri Mustofa, agar mendidik para santri secara luar dan dalam, atau lahir dan batin.

“Kalau kamu sudah punya anak, syukur sampai punya santri. Itu kalau mendidik, jangan hanya luarnya saja, didiklah luar dan dalam,” kata Gus Mus menirukan dawuh sang ayah dalam sebuah pengajian. 

Mendidik luar dan dalam, lahir dan batin memiliki tanggung jawab yang besar. Gus Mus mengisahkan bahwa KH. Bisri Mustofa seringkali mendapatkan undangan untuk menjadi penceramah di berbagai kota, sehingga tanggung jawab beliau mendidik santri menjadi terhalang.

“Saya di pondok sini, mengajar santri-santri yang dititipkan oleh wali santri kepadaku. Mereka menitipkan anak-anaknya agar dididik oleh saya. Kadang-kadang ada orang dari Pekalongan, Cirebon, Banyuwangi, Kediri datang ke pondok, meminta saya untuk mengisi ceramah di pengajiannya,” kata Gus Mus menirukan sang ayah.

Meskipun begitu, KH. Bisri Mustofa tetap memenuhi undangan dari berbagai daerah untuk mengisi pengajian. Beliau juga tidak lupa berdoa kepada Allah SWT untuk memberikan pahalanya kepada para santrinya yang sedang belajar di pondok.

“Pasti sebelum naik mimbar saya akan meminta kepada Allah, 'Ya Allah, saya dipanggil di sini oleh teman-teman adalah untuk mengisi pengajian. Untuk menyampaikan perintah-Mu, untuk menyampaikan ajaran dari utusan-Mu, baginda Nabi Muhammad SAW. Tetapi sementara saya di sini, saya harus meninggalkan santri-santri yang dititipkan dari wali santri kepada saya untuk saya didik. Karena itu, apabila ada pahala saya dari mengisi pengajian ini, tidak perlu buat saya. Kalau bisa diganti saja untuk santri saya saja pahala tersebut. Santri-santri yang saya tinggal,'” lanjut Gus Mus menjelaskan keteladanan ayahnya.

Memang terdengar sedikit membingungkan, apakah bisa sebuah pahala ditukar-tukar begitu dan diberikan kepada orang lain? Tapi, apa yang dilakukan oleh KH. Bisri Mustofa tersebut berdasarkan firman Allah:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ 

“Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.’” (QS. Ghafir: 60)

Oleh karena itu banyak santri dari KH. Bisri Mustofa menjadi kyai besar yang alim dan sholeh, hal itu tentu yang paling utama adalah sebab keberkahan doa dari KH. Bisri Mustofa. Walaupun santri tersebut jarang mengaji, jarang tadarus, dan menghabiskan waktu hanya dengan bersantai-santai, namun karena keberkahan dari KH. Bisri Mustofa, banyak santrinya yang menjadi orang sholeh dan bermanfaat bagi masyarakat. []


Sumber: Tulisan ini merupakan catatan yang diolah dan dikembangkan dari pengajian KH. Ahmad Mustofa Bisri. Tim redaksi bertanggungjawab sepenuhnya atas uraian dan narasi di dalam tulisan ini.

Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 28 Oktober 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Hakim