Biografi Bisyr al-Hafi

 
Biografi Bisyr al-Hafi

Daftar Isi

1          Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1       Lahir
1.2       Wafat

2          Kisah-kisah
2.1       Kisah pertobatan Pemuda Berandal
2.2       Kisah Sedekah Unik Bisyr Al-Hafi
2.3       Pertemuan Bisyr al-Hafi dengan Nabi Khidir

3          Untaian Nasehat 

4          Referensi

1          Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1       Lahir

Bisyr bin Harits dikenal juga sebagai Abu Nashr Bisyr bin al-Harits al-Hafi, lahir di dekat kota Merv sekitar tahun 150 Hijriah /767 Masehi. Setelah meninggalkan hidup berfoya-foya, ia mempelajari Hadits di Baghdad, kemudian meninggalkan pendidikan formal untuk hidup sebagai pengemis yang terlunta-lunta, kelaparan dan bertelanjang kaki.

1.2       Wafat

Bisyr meninggal di kota Baghdad tahun 227 H/841 M.

2        Kisah-kisah

2.1  Kisah pertobatan Pemuda Berandal

 Kisah pertobatannya diriwayatkan oleh Fariduddin al-Attar di dalam buku Tadzkiratul Auliya. Attar meriwayatkan, sewaktu muda, ia adalah seorang pemuda berandal. Suatu hari dalam keadaan mabuk, ia berjalan terhuyung-huyung. Tiba-tiba ia temukan secarik kertas bertuliskan: "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang". Bisyr lalu membeli minyak mawar untuk memerciki kertas tersebut kemudian menyimpannya dengan hati-hati di rumahnya. Malam harinya seorang manusia suci bermimpi. Dalam mimpi itu ia diperintah Allah untuk mengatakan kepada Bisyr: "Engkau telah mengharumkan nama-Ku, maka Aku pun telah mengharumkan dirimu. Engkau telah memuliakan nama-Ku, maka Aku pun telah memuliakan dirimu. Engkau telah mensucikan nama-Ku, maka Aku pun telah mensucikan dirimu.

Demi kebesaran-Ku, niscaya Ku-harumkan namamu, baik di dunia maupun di akhirat nanti". "Bisyr adalah seorang pemuda berandal", si manusia suci itu berpikir. "Mungkin aku telah bermimpi salah". Oleh karena itu ia pun segera bersuci, shalat kemudian tidur kembali, namun tetap saja mendatangkan mimpi yang sama. Ia ulangi perbuatan itu untuk ketiga kalinya, ternyata tetap mengalami mimpi yang demikian juga.

Keesokan harinya pergilah ia mencari Bisyr. Dari seseorang yang ditanyanya, ia mendapat jawaban: "Bisyr sedang mengunjungi pesta minum anggur". Maka pergilah ia ke rumah orang yang sedang berpesta itu, dan menyampaikan pesan dari mimpinya tersebut kepada Bisyr. Kemudian Bisyr berkata kepada teman-teman minumnya, "Sahabat-sahabat, aku dipanggil, oleh karena itu aku harus meninggalkan tempat ini.

Selamat tinggal! Kalian tidak akan pernah melihat diriku lagi dalam keadaan yang seperti ini!" Attar selanjutnya meriwayatkan bahwa sejak saat itu tingkah laku Bisyr berubah sedemikian salehnya. Sedemikian asyiknya ia menghadap Allah bahkan mulai saat itu ia tak pernah lagi memakai alas kaki. Inilah sebabnya mengapa Bisyr juga dijuluki 'si manusia berkaki telanjang' (al-hâfî).
 

2.2       Kisah Sedekah Unik Bisyr Al-Hafi

Di Kota Baghad hidup seorang pedagang yang membenci kaum sufi. Kebenciannya itu membuat dirinya membuntuti Bisyr Al-Hafi usai shalat Jumat, untuk mencari aibnya. Saat Bisyr Al-Hafi keluar dari masjid, dengan segera laki-laki itu berkata dalam hatinya,”Inikah yang disebut orang zuhud? Ia tidak tinggal lama di masjid?”

Laki-laki itu terus mengikuti Bisyr yang berjalan menuju pasar, tempatnya membeli roti serta kue-kue. Laki-laki itu semakin kepo. Ia pun ingin melihat bagaimana Bisyr menyantap makanan tersebut. Setelah itu Bisyr berjalan menuju padang pasir. Saat itu laki-laki tersebut berkata dalam hati,”Ia ingin mencari sayuran dan air rupanya.”

Ternyata Bisyr terus berjalan menyusuri padang pasir hingga tiba waktu ashar. Kemudian ia memasuki sebuah desa, diikuti laki-laki tersebut. Di desa itu Bisyr mendatangi sebuah masjid, dan di sana ada seorang laki-laki yang tengah sakit payah.

Bisyr menyuapi si sakit dengan makanan yang ia bawa dari Baghdad. Sedangkan si laki-laki penguntit setelah mengetahui hal itu merasa ingin melihat-lihat suasana kampung tersebut.

Setelah si penguntit kembali ke tempat laki-laki yang sakit, Bisyr sudah tidak ada di tempat. Laki-laki yang sakit itu  menyampaikan bahwa Bisyr telah kembali ke Baghdad. Dari laki-laki itu si pedagang pun sadar bahwa jarak desa itu dengan Baghdad cukup jauh, sedangkan ia tidak memiliki uang untuk menyewa kendaraan dan tidak kuat lagi berjalan. Si sakit pun menyarankan agar pedagang penguntit itu tinggal sementara di desa tersebut dan menunggu kedatangan Bisyr pada Jumat yang akan datang.

Ketika hari Jumat tiba, Bisyr pun datang dari Baghdad dengan membawa makanan untuk si sakit. Si sakit pun menyampaikan kepada Bisyr,”Ini ada yang mengikutimu dari Baghdad, ia tidak bisa pulang. Antarkan ia ke rumahnya”.

Bisyr pun mengantarkan si penguntit hingga sampai Baghdad dan melarangnya untuk melakukan hal itu kembali.

Setelah peristiwa itu terjadi, si pedagang memutuskan untuk bersahabat dengan kaum sufi dan membelanjakan seluruh hartanya untuk mereka.

2.3      Pertemuan Bisyr al-Hafi dengan Nabi Khidir

Suatu saat Bisyr berkata:, “Aku masuk rumah, tiba-tiba ada seorang lelaki, sehingga aku bertanya, “Siapakah Anda?”

“Dia menjawab, “Saudaramu Al-Khidir.”

“Aku berkata, “Doakanlah aku kepada Allah.”

“Khidir berkata, “Semoga Allah meringankan ibadah bagimu.”

“Aku berkata, “Doakan lagi.”

“Khidir berkata lagi,” Dan semoga Allah menutupi ibadahmu.”                                        

3      Untaian Nasehat

Berikut Nasehat-nasehat Bisyr al-Hafi :

  1. Tidak akan merasak manisnya akhirat orang yang ingin dikenal oleh orang lain
  2. Halal yang murni tidak mengandung pemborosan, Memandang orang bodoh dapat merabunkan mata, memandang kepada orang yang pelit dapat mengeraskan hati, doa adalah meninggalkan dosa.
  3. Kamu tidat merasakan manisnya ibadah hingga kamu jadikan penghalang  berupa tembok besi antara dirimu dan hawa nafsumu.
  4. Kamu tidak bakal menjadi orang yang sempurnahingga musuhmu merasa aman terhadapmu dan bagaimana kamu mengaku dirimu baik bila temanmu saja tidak merasa aman disisimu?
  5. Allah mewahyukan kepada nabi Dawud as : "Sungguh tidaklah aku menciptakan kesenangan itu melainkan untuk para hamba-Ku yang lemah, sedangkan hamba-Ku yang kuat mereka tidak membutuhkannya."
  6. Allah berfirman kepada Nabi Dawud as:"Marahlah karena-Ku lebih keras daripada kamu marah untuk dirimu sendiri."
  7. Barangsiapa yang tidak kuat menanggung gangguan orang lain niscaya ia tidak bakal mampu meraih apa yang ia senangi.
  8. Hukumna bagi orang alim adalah cinta kepada dunia.
  9. Janganlah kamu duduk kecuali dengan orang yang akan membantu masalah akhiratmu.
  10. Kalau memang kamu tidak taat kepada Allah janganlah menambah kemaksiatan.

4       Referensi

       "Riwayat Hidup Para Wali dan Shalihin"

        Penerbit: Cahaya Ilmu Publisher

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya