KH. Abdullah Hadziq dan Tongkat Keramat Mbah Hasyim

 
KH. Abdullah Hadziq dan Tongkat Keramat Mbah Hasyim
Sumber Gambar: Ilustrasi Tongkat Komando

Laduni.ID, Jakarta – Pada masa penjajahan dan awal kemerdekaan, KH. Abdullah Hadziq dikenal sebagai penggerak perjuangan NU. Terlebih saat meletus perang 10 November 1945 yang dikomandoi oleh para kiai, saat itu KH. Abdullah Hadziq ditugaskan oleh gurunya, Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari untuk menjadi pemasok logistik para pejuang di Surabaya.

Agar pengiriman logistik aman dan tak mendapat halangan, KH. Abdullah Hadziq dibekali oleh Mbah Hasyim sebuah tongkat komando yang diserahkan oleh KH. Asnawi Kudus.

Tongkat itu saat ini tersimpan rapih dan telah berada di tangan Gus Yatun, salah satu putra KH. Abdullah Hadziq yang memiliki nama lengkap KH. Hayatun Nufus Abdullah Hadziq, saat ini Gus Yatun menjabat sebagai Rais Syuriah Kabupaten Jepara.

Tongkat tersebut mengjadi saksi sejarah Mbah Hasyim dengan Mbah Asnawi kudus dalam melewati masa-masa sulit di awal berdiri NU. Tongkat yang diterima KH. Abdullah mengingatkan saat Hadratussyekh KH. Hasyim Asy’ari mendapatkan tongkat dari Syaikhoa Kholil Bangkalan yang diserahkan oleh KH. As’ad Syamsul Arifin.

Namun, kali ini tongkat yang diterima KH. Abdullah diberikan melalui perantara Mbah Asnawi Kudus. Konon tongkat tersebut mampu “membersihkan” angkoro murko yang meluas tak terkendali.

Namun sayang, perjuangan KH. Abdullah Hadziq tidak tertulis dalam buku sejarah local, padahal kiprahnya yang luar biasa besar masih bisa terlacak hingga saat ini. Mungkin, inilah bentuk kesedarhanaan KH. Abdullah. Beliau tidak ingin terkenal di dunia dan asing di langit.

Pengabdian dan pengorbanan KH. Abdullah kepada NU ini membuatnya sangat disegani di Jepara, sebagai sosok penggerak NU dan Pengasuh Pondok Balekambang. Ditambah lagi akhlak dan sifat beliau yang sangat luhur. Saat ini sifat zuhud yang ada pada diri KH. Abdullah diteruskan oleh para muhibbin dan santri-santri beliau.

Sumber: M Abdullah Badri (Wakil Sekretaris PC LTN NU Jepara)


Editor: Daniel Simatupang