Khutbah Jumat: Islam dan Perintah Mencintai Tanah Air

 
Khutbah Jumat: Islam dan Perintah Mencintai Tanah Air

KHUTBAH I

الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِلَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ اِنَّمَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ قَاتَلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَاَخْرَجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوْا عَلٰٓى اِخْرَاجِكُمْ اَنْ تَوَلَّوْهُمْۚ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Mengawali khutbah ini, tidak bosan-bosannya, khatib mengajak kepada diri khatib pribadi dan seluruh jamaah untuk senantiasa bersyukur pada Allah swt atas segala anugerah nikmat yang kita terima dalam kehidupan ini. Dan juga mari kita terus meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt, bukan hanya diucapkan melalui lisan kita saja, namun terlebih dari itu ditancapkan dalam hati dan diwujudkan dalam perbuatan kita sehari-hari. Di antara wujud komitmen bertakwa itu adalah senantiasa menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang menjadi panutan kita dan tiap sunnahnya selalu kita teladani.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Akhir-akhir ini kita menyaksikan fenomena yang sangat menyedihkan, dimana ada sebagian kecil orang Indonesia yang tidak mengakui NKRI, Pancasila dan simbol-simbol Negara yang lainnya. Padahal sebagai bangsa sekaligus orang Islam harus mencintai tanah air dan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW yang sangat mencintai Kota Makkah dan Madinah.  Dalam Hadis yang diriwayatkan Imam Al Bukhari dalam Shahih Bukhari nomor 5895: “Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibn Yusuf telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Hasyim Ibn Urwah dari ayahnya dari Aisyah RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: Ya Allah berilah kecintaan kami terhadap Madinah sebagaimana kecintaan kami terhadap Makkah atau lebih cinta lagi…

Dari hadis di atas kita dapat memahami bahwa perasaan dan nilai cinta tidak lepas dari kasih dan sayang. Dari nilai itu kemudian timbul rasa memiliki, memberikan yang terbaik, menjaga, merawat dan melindungi sesuatu yang kita cintai dari hal-hal yang buruk. Cinta tanah air merupakan keadaan dimana masyarakat dengan kesadaran penuh mengekspresikan rasa sayangnya kepada Negara dalam bentuk pengabdian, pemeliharaan, pembelaan dan perlindungan dari segala hal yang merusak dan berbahaya.

Anomali orang Indonesia yang mengingkari dan tidak mengakui bangsa dan nearanya hari ini menjadi pemandangan yang bisa kita saksikan, betapa tidak, dia orang Indonesia yang hidup dan tinggal di Indonesia, mencari makan, minum, tidur dan bahkan nanti ketika mati pun akan di kuburkan di bumi Indonesia, namun sikap mereka yang menolak dan menganggap sistem Negara ini tidak benar, tidak sesuai dengan ajaran Islam menurut pemahaman mereka. Pertanyaannya adalah ajaran Islam mana yang membolehkan umatnya untuk mencela, menghina dan merendahkan tanah airnya?.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Sebagai makhluk yang diciptakan Allah dan sekaligus sebagai warga Negara Indonesia kita mempunyai kewajiban untuk memiliki rasa cinta terhadap tanah air. Bahkan Allah SWT menganjurkan kepada kita untuk mencintai tanah air, karena jika kita tidak mencintai tanah air sendiri, maka termasuk dalam orang yang zalim. Sebagaimana firman Allah:

لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ اِنَّمَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ قَاتَلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَاَخْرَجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوْا عَلٰٓى اِخْرَاجِكُمْ اَنْ تَوَلَّوْهُمْۚ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

Artinya: “Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarangmu (berteman akrab) dengan orang-orang yang memerangimu dalam urusan agama,  mengusirmu dari kampung halamanmu, dan membantu (orang lain) dalam mengusirmu. Siapa yang menjadikan mereka sebagai teman akrab, mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Qs. Al Mumtahanah: 8-9).

Mengutip pendapat Quraish Shihab bahwa cinta tanah air bukanlah sebagian dari iman. Akan tetapi cinta tanah air merupakan suatu hal yang sudah ada dalam diri manusia yang biasa dikenal dengan naluri manusia. Nabi Muhammad saw mengajarkan bahwa beliau sangat mencintai kota Mekkah, tempat kelahiran beliau. Pentingnya mencintai tanah air didasarkan pada sebuah peristiwa terkenal saat Nabi SAW diusir keluar dari Makkah. Saat hendak meninggalkan Makkah, beliau menghadap ke arah Ka‟bah seraya berkata, “Demi Allah, sesungguhnya aku mengetahui bahwa engkau adalah tanah Allah yang paling Dia cintai, lembah terbaik yang ada di atas muka bumi dan yang paling dicintai oleh Allah. Seandainya penduduk tidak mengusirku, aku pasti takkan pernah meninggalkanmu”.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Perwujudan cinta tanah air juga dicontohkan oleh Nabi Ibrahim As. Ketika beliau memanjatkan doa untuk negerinya, sebagaimana yang diabadikan dalam Al Qur’an:

وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّارْزُقْ اَهْلَهٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنْ اٰمَنَ مِنْهُمْ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَاُمَتِّعُهٗ قَلِيْلًا ثُمَّ اَضْطَرُّهٗٓ اِلٰى عَذَابِ النَّارِ ۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ

Artinya: “(Ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri Makkah) ini negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan (hasil tanaman, tumbuhan yang bisa dimakan) kepada penduduknya, yaitu orang yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari Akhir.” Dia (Allah) berfirman, “Siapa yang kufur akan Aku beri kesenangan sementara, kemudian akan Aku paksa dia ke dalam azab neraka. Itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (Qs. Al Baqarah: 126).

Doa Nabi Ibrahim AS tersebut memang secara spesifik untuk keamanan Mekah dan kesejahteraan rakyatnya. Namun hal tersebut merupakan bentuk ungkapan rasa cinta Nabi Irahim AS terhadap tanah airnya. Dalam Tafsir Al Misbah dijelaskan, yang dimaksud dengan “aman” dalam doa Nabi Ibrahim AS adalah aman dari berbagai bencana alam seperti banjir, gemba bumi, tanah longsor dan lain-lain.

Selain berdoa agar diberikan keamanan, Nabi Ibrahim AS juga berdoa untuk kesejahteraan penduduk Mekah dari berbagai macam buah-buahan. Lebih tegas lagi dalam Tafsir Al Misbah dijelaskan bahwa ayat ini mengisyaratkan pentingnya setiap muslim berdoa untuk keamanan tempat tinggalnya, dan agar penduduknya memperoleh kesejahteraan rezeki yang melimpah.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Sebagai umat Islam dan warga Negara yang baik, sepatutnya kita harus menjiwai dan menyelami rasa cinta terhadap tanah air. Namun, untuk menghayati rasa cinta tanah air bukan perkara yang mudah, untuk menjalankan hal tersebut membutuhkan kesabaran dan keteguhan hati. Hal itu disebabkan karena banyaknya tantangan dan ancaman yang datang dari dalam dan luar. Akan tetapi dengan tekad yang kuat di dalam hati untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air maka hal tersebut akan mudah.

Pada era globalisasi ini, cinta terhadap tanah air masih sangat dibutuhkan. Kenapa? karena walaupun negara kita sudah merdeka dari penjajahan, namun kita masih memiliki kewajiban untuk menjaga kemerdekaan tersebut, kita harus menjaga keutuhan bangsa ini yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan. Memiliki rasa cinta terhadap tanah air itu tidak serta merta dimiliki saat hendak menghadapi penjajah yang menjajah negara kita. Karena penjajahan itu tidak hanya berbentuk fisik, akan tetapi dapat terjadi pula dengan bentuk penjajahan terhadap moral suatu bangsa.

Seperti kita ketahui bersama bahwa bangsa Indonesia dianugerahi oleh Allah kenikmatan yang luar biasa banyaknya, Dengan keluasan wilayahnya yang terbentang dengan ribuan Kilo Meter, luas samudra yang ber Mil-Mil dalamnya, serta kekayaan alam dan sumberdaya yang ada, memiliki bahasa yang bermacam-macam, beragam jenis satwa, suku ras dan agama. Itu semua merupakan anugrah yang besar dari Allah yang dititipkan kepada bangsa Indonesia.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Sikap mencintai tanah air merupakan bagian dari mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah. Sebagai wujud kesyukuran kita seharusnya dapat dimanfestasikan dalam bentuk perilaku yang positif dan berbuat untuk mempertahankan, menjaga, dan mengisi kemerdekaan. Di antara aktualisasi syukur atas kemerdekaan adalah tidak mengabaikan rahmat pemberian Allah atas kemerdekaan ini.

Kemerdekaan yang didapatkan bangsa Indonesia merupakan kuasa Allah SWT. Tidak terbantahkan ada campur tangan Allah atas kemerdekaan bangsa Indonesia. Diantara mensyukuri nikmat kemerdekaan sekaligus sebagai wujud cinta tanah air adalah Pertama mensyukuri dengan lahir dan batin dengan menyadari bahwa kemerdekaan dan semua nikmat yang kita rasakan adalah anugerah yang telah diberikan Allah SWT. Kedua, bersyukur dengan lisan dan perbuatan atas kenikmatan kemerdekaan. Kita harus mampu berbuat baik dengan cara membalas kenikmatan sesuai dengan hak-hak kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai penerus perjuangan bangsa, kita harus mengisi kemerdekaan dengan perbuatan yang baik untuk bangsa dan negara.

Diantara bentuk cinta tanah air sebagai bagian dari rasa syukur kita kepada Allah kita wujudkan dengan melaksanakan amanat para pendahlu bangsa dengan tidak melakukan tindak kejahatan, tidak korupsi, serta memanipulasi dan merampas hak-hak hidup orang banyak. Sebaliknya kita harus memupuk jiwa patriotisme dalam mengisi kemerdekaan dengan cara membangun negeri ini, memberikan banyak kebaikan kepada masyarakat yang membutuhkan perlindungan.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Sebagai bangsa yang bermartabat, cinta tanah air dan mensyukuri kemerdekaan merupakan sebuah keharusan. Maka sangat penting kita harus mensyukuri nikmat yang sangat besar ini berupa menjadi bangsa Indonesia yang merdeka dengan cara mengabdi kepada Allah Swt serta menjauhi segala larangannya. Diantara bentuk mencintai tanah air dan bangsa Indonesia dapat ditunjukkan dengan menghormati simbol-simbol negara seperti lambang burung garuda, bendera merah putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, dan lain sebagainya.  Membela dan rela berkorban demi  bangsa dan tanah air,  mempertahankan  kedaulatan  dan  kemerdekaan  bangsa  dan  negara  Indonesia  dengan segenap tumpah darah secara tulus dan ikhlas dari segala gangguan dan ancaman, baik dari dalam maupun luar.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بِاْلُقْرءَانِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهٗ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH II

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، َأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

__________________________
Oleh: Ahmad Baedowi, M.Si.